Risma menjelaskan kepada Abraham secara panjang lebar tentang penanganan COVID-19, mulai awal hingga saat ini. Awalnya, dia menjelaskan tentang data pasien COVID-19 yang bisa mendeteksi mana pasien asli Surabaya dan mana yang bukan warga Surabaya.
"Jadi, data pasien itu kita bisa verifikasi melalui NIK, setelah itu ditracing masif ke bawah mulai dari kontak eratnya hingga tempat kerjanya. Tracingnya masif dan harus lengkap semuanya," kata Risma.
Menurutnya, setelah diketahui ada warga yang positif di salah satu gang, di gang tersebut langsung diblokade dan langsung dilakukan tes semuanya. Warga yang positif itu juga langsung dibawa ke hotel yang telah dipersiapkan atau bisa juga ke Asrama Haji jika tidak menunjukkan gejala. jika menunjukkan gejala dan ada komorbidnya, langsung dibawa ke rumah sakit.
"Jadi, kita blokade gang tersebut supaya di gang sebelahnya tidak tertular. Bahkan, dulu ketika masih ramai-ramainya, saya gunakan peta untuk memblokade ini, supaya tidak menyebar," kata Risma.
Setelah itu, kata dia, gang atau kampung itu langsung dilakukan penyemprotan disinfektan semuanya. Jika gang-gang kecil, pemkot menggunakan sepeda motor Walang Kadung milik PMK untuk melakukan penyemprotan. Penyemprotan semacam ini juga dilakukan rutin setiap hari di berbagai tempat.
Bahkan, armada Dinas Pemadam Kebakaran yang terbesar hingga yang kecil dikerahkan semuanya untuk melakukan penyemprotan disinfektan, contohnya unit Bronto ketika melakukan penyemprotan di kampung-kampung hingga gedung bertingkat.
"Kita juga gunakan drone untuk melakukan penyemprotan di kampung-kampung yang sulit dijangkau. Penyemprotan ini terus kita gencarkan hingga saat ini. Tiada hari tanpa penyemprotan," ujarnya. [Antara]