“Kalau yang saya tahu dari kunjungan Menhan kemarin, ada kerja sama semacam manajemen pertahanan sehingga nanti ahli-ahli, analis pertahanan bisa ditempatkan di Kementerian Pertahanan untuk memberikan guidance soal manajemen pertahanan,” kata Connie kepada DW Indonesia saat dihubungi melalui sambungan telepon.
Meski kunjungan Prabowo ke Amerika menuai banyak pro dan kontra, Connie melihat hal itu sebagai sebuah kesempatan yang bisa dimanfaatkan Indonesia.
“Banyak hal kita harus belajar dalam memahami dan memaknai (kepergian Prabowo ke AS) dan kedua, kalau kita memaknai dengan betul maka kesempatan dengan AS mau Biden atau Trump yang terpilih nantinya, Indonesia akan lebih jelas arahnya.”
Bagaimana dengan Laut Cina Selatan? Connie melihat jika Trump berkesempatan kembali menduduki Gedung Putih, maka AS akan lebih dominan membangunan kekuatan di Laut Cina Selatan.
“Di Laut Cina Selatan, saya melihatnya kalau Trump akan lebih kuat. Mungkin dia akan membangun kekuatan baru yang besar,” ucapnya.
AS tidak akan mengajak Indonesia perang melawan Cina, karena menurut Connie, posisi Indonesia sudah sangat jelas yakni posisi netral.
“Menurut saya, Amerika juga tidak bisa masuk terlalu jauh sebenarnya, makanya yang mereka lakukan adalah masuk ke negara-negara ASEAN yang bagian dari FPDA (susunan lima kekuatan pertahanan).”
Persoalan serius terkait sengketa di perairan Laut Cina Selatan membutuhkan perhatian yang khusus, Connie berharap pemerintah dapat merelokasi pangkalan TNI Angkatan Laut dan Angkatan Udara.
Prediksi setelah pemilu AS Makarim yang merupakan mantan diplomat senior menilai jika Trump kembali memenangi pilpres, dunia akan melihat kelanjutan perang dagang antara AS dan Cina.
Baca Juga: Tahapan Kampanye Pilpres AS Berakhir, 97 Juta Warga Sudah Memilih
Namun begitu, Amerika akan tetap butuh pasar, sumber daya alam, dan tempat untuk investasi. Hasil pemilu AS nantinya akan membawa implikasi yang berbeda dalam bidang keamanan dan pertahanan.