Suara.com - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Presiden Prancis Emmanuel Macron saling kirim surat untuk memperbaiki hubungan. Keduanya sepakat untuk meredakan ketegangan dan melanjutkan pembicaraan.
Menyadur Al Jazeera Sabtu (16/01), Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan Erdogan menulis pesan Tahun Baru pada Macron dan menyatakan belasungkawa atas beberapa serangan di Prancis tahun lalu.
Macron menganggapi surat itu dengan positif dan membalasnya dengan sapaan Dear Tayyip dan mengatakan pihaknya terbuka untuk pertemuan, kata Cavusoglu.
"Presiden Macron mengungkapkan pentingnya Turki bagi Eropa dan keinginannya untuk mengembangkan hubungan positif dengan Turki serta untuk bertemu dengan presiden kami di masa mendatang," kata Cavusoglu.
Sementara itu pihak kepresidenan Prancis mengonfirmasi hal ini tanpa memberikan rincian. "Kami sekarang membutuhkan gerakan yang nyata dari Ankara," kata kepresidenan Prancis.
![Presiden Prancis, Emmanuel Macron. [Ian LANGSDON / POOL / AFP]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2019/09/10/20394-emmanuel-macron.jpg)
Uni Eropa saat ini sedang menyusun daftar orang-orang Turki yang akan diberi sanksi atas penegboran gas alam di perairan Mediterania timur dekat Siprus.
Tahun lalu Ankara dan Paris berselisih untuk masalah internasional, termasuk konflik di Suriah, Libya dan Nagorno-Karabakh. Ketegangan diplomatik itu berkembang jadi perseteruan pribadi antara dua presiden yang panas.
Pada pertemuan dengan pemimpin Uni Eropa, Macron mengatakan bahwa orang Turki pantas mendapatkan sesuatu yang lain selain kebijakan Erdogan.
Pada bulan Oktober, Macron juga mengatakan Islam adalah agama yang sedang krisis secara global dan memicu aksi pemboikotan produk Prancis.
Baca Juga: Macron Habiskan Uang Negara Rp 10 M untuk Beli Bunga, Warga Prancis Murka
Erdogan yang bergabung dalam aksi itu mengatakan bahwa Macron perlu memeriksa kesehatan mentalnya. Dia menuduh Macron Islamaphobia dan mendesak para pemilih Prancis untuk menyingkirkan Macron secepat mungkin.