Menurut Rocky Gerung, perbedaan perlakuan ke FPI dan Muhamadiyah menandakan bahwa pemerintahan Jokowi membelah masyarakat.
"Kalau FPI di-exclude, pemuda Muhammadiyah di-include. Ada yang diusir, ada yang dimasukkan. Itu cara rezim membelah masyarakat. Pemuda sekarang terbelah hanya karena urusan tanah," tukas Rocky.
"Ada yang dicambuk, ada yang dikasih makanan. Ada yang digetok palanya. Ada yang dikasih wortel," imbuh dia.
Rocky Gerung melanjutkan, hal itu cukup wajar apabila terjadi dalam tubuh partai politik. Namun, hal itu tidak berlaku bagi pemuda yang dasarnya melawan.
Kata dia, pemberian tanah akan membuat pemuda tunduk. Padahal anak muda seharusnya berada di luar lingkaran kekuasaan.
"Dapat tanah, dijadikan komisaris, itu artiya jadi tim sukses. Pemuda Muhammadiyah ada dalam tradisi mempertanyakan kekuasaan," ujarnya.
"Berarti dengan mudah rezim bukan sekedar membelah pemuda, ada FPI yang disingkirkan, ada pemuda Muhammadiyah yang dimasukkan," tukas Rocky melanjutkan.
Rocky Gerung lantas menyinggung orang Muhammadiyah seperti Din Syamsuddin yang terkenal keras mengkritik pemerintah.
"Seharusnya justru pemuda ikuti senior, 'mengganggu' kekuasaan. Kekuasaan kan harusnya diganggu oleh yang muda. Masak senior yang mengganggu pemerintah. Paradoks," tandasnya.
Baca Juga: Kepada Bupati se-Indonesia, Presiden Kritik Penggunaan Anggaran Diecer-ecer