"Kami tetap prokes, APD seperti masker, sarung tangan, dan hand sanitizer," sebut dia.
Minum Obat Daring
Harus menjangkau pasien dampingan yang tinggal di kawasan zona merah di masa seperti ini sangat sulit, bahkan berat. Perjumpaan berganti ruang, proses pendampingan pada akhirnya menemukan cara-cara baru.
Melalui sejumlah platform seperti WhatsApp, telepon, hingga video call, Ike dan relawan lain melakukan komunikasi dengan para pasien. Perbincangan akan berkutat pada cara-cara menjaga tubuh agar tetap sehat hingga melihat sang pasien minum obat.
"Kami juga pendampingan lewat telepon, video call bisa. Selama pandemi ini, lebih sering telepon dan video call, atau WhatsApp. Pasien kalau minun obat juga sambil video call sama kami. Setelah itu kami kirim ke Puskesmas. Jadi kami tidak sering turun ke lapangan," beber Ike.
Jika keadaannya begitu memaksa, Ike akan menerapkan strategi jemput bola. Tak jarang, dia harus turun ke lapangan guna melakukan pemeriksaan BTA, prosedur untuk mendeteksi bakteri penyebab penyakit tuberkulosis. Bakteri TB dapat hidup di lingkungan asam, sehingga pemeriksaan terhadap bakteri ini dikenal dengan nama pemeriksaan bakteri tahan asam (BTA).
Mereka periksa, mereka datang ke saya, terus antar ke lab. Jadi jemput bola walau pandemi seperti ini bawa Dahak (BTA) untuk periksa TBC" sambungnya.
Terkadang, -- atau barangkali -- di masa-masa sulit seperti ini, harapan menjadi penggaris panjang yang mengukur senyuman. Ike ingin satu hal: pandemi Covid-19 di Tanah Air cepat berlalu. Bagi dia, perjumpaan adalah cara terbaik untuk melakukan pendampingan. Agar dapat melihat kondisi pasien secara langsung. Agar bisa melihat orang-orang tersenyum dalam upaya mencari kesehatan.
"Semoga wabah cepat berlalu, aman, pendampingan pasien bisa jalan lancar. Kan kalau berhadapan, kami bisa tahu kondisi pasien gimana. Saya ingin cepat berlalu," tutup Ike dengan nada paling jujur.
Baca Juga: Viral Keluarga Jenazah COVID-19 Ngaku "Dipalak" di TPU Cikadut, Polisi: Bukan Pungli