Mati Suri karena Digusur, Cerita Indekos jadi Ruang Kelas Bagi Anak-anak Miskin di Grogol

Rabu, 28 Juli 2021 | 11:30 WIB
Mati Suri karena Digusur, Cerita Indekos jadi Ruang Kelas Bagi Anak-anak Miskin di Grogol
Foto siswa Sekolah Sookses di kawasan Grogol, Jakarta Barat sebelum pandemi Covid-19. (Dok Sekolah Sookses)

“Ketika mereka masuk sekolah dasar mereka sudah bisa membaca dan berhitung,” ujarnya.

Dalam proses belajar mengajar pendidikan, kemampuan bahasa Inggris sangat ditekankan. Sebab menurutnya, dalam dunia kerja kemampuan bahasa Inggris sangat diperlukan, sehingga harus dikenalkan sejak dini. 

Foto siswa dan guru Sekolah Sookses di kawasan Grogol sebelum pandemi Covid-19. (Dok Sekolah Sookses)
Foto siswa dan guru Sekolah Sookses di kawasan Grogol sebelum pandemi Covid-19. (Dok Sekolah Sookses)

“Ketika mereka tidak bisa bahasa Inggris mereka jadi serba terbatas, sulit mendapatkan pekerjaan di perusahaan internasional dan juga beasiswa ke luar negeri,” jelasnya. 

Karenanya kepada murid usia 3 tahun pembelajaran dilakukan seluruhnya dengan bahasa Inggris, usia 4 tahun dua bahasa, Indonesia dan Inggris. Kemudian untuk 5-6 tahun seluruhnya memakai bahasa Indonesia.   
 
“Tapi itu semua tetap kami lihat dari perkembangan anaknya,” kata dia menambahkan.   

Sekolah Sookses memiliki sejumlah mata pelajaran di antaranya bahasa, seni, matematika, sains, fisika, studi sosial, ekonomi, agama, serta pelajaran kepribadian. Seluruh mata pelajaran yang diajarkan disampaikan sesuai dengan jenjang usianya.   
 
Untuk jumlah pengajar hingga saat ini terdiri dari 5 orang termasuk Naif sebagai pendiri. Mereka mengajar 43 siswa. Para pengajar diseleksi dengan ketat, minimal pendidikannya lulusan sarjana.   

Kata Naif, setelah lulus dari Sekolah Sookses, para murid akan tetap dipantau perkembangannya. Seperti yang dilakukan pada angkatan pertamanya, yang sudah duduk di kelas 2 SMP.  
 
“Jadi pasca lulus tidak kami lepas begitu saja, tetap kami pantau perkembangannya. Kalau ada kesulitan sebisa mungkin akan kami bantu,” ujarnya. 

Pinjam HP Tetangga hingga Cari Donasi Beli Internet

Kembali beroperasi pada masa pandemi Covid-19, membuat pembelajaran tatap muka secara langsung harus ditiadakan, sebagai alternatif proses belajar mengajar dilakukan secara daring.

Hal itulah yang menjadi yang tantangan, mengingat orang tua siswa berasal dari keluarga tidak mampu, ada mereka yang tidak memiliki telepon pintar. 

Baca Juga: Cuitan Mahfud MD Dinilai Kurang Tepat, Sosiolog: Tak Perlu Meromantisasi Pandemi

“Mau tidak mau kami carikan solusi, misalnya kami cari tetangga terdekatnya yang mau meminjamkan handphone,” ujarnya. 

Sementara untuk biaya paket internet dibagikan secara gratis hasil dari donasi yang dikumpulkan Sekolah Sookses. 

Di samping itu, persoalannya lainnya, minimnya pengetahuan para orang tua menggunakan telepon pintar untuk membuka aplikasi seperti pertemuan virtual Zoom. Mau tidak mau Kak Dewa harus datang langsung menemui untuk mengajarinya. 

Ruang kelas sekolah Sooses, tempat belajar gratis untuk anak-anak miskin di kawasan Grogol, Jakbar. (Suara.com/Yaumal)
Ruang kelas sekolah Sooses, tempat belajar gratis untuk anak-anak miskin di kawasan Grogol, Jakbar. (Suara.com/Yaumal)

Karenanya sekolah Sookses berharap pandemi Covid-19 dapat segera tertanggulangi dengan baik, sehingga pembelajaran tatap muka dapat digelar kembali.   

Orang Tua Harus Berkomitmen 

Sekolah Sookses tidak sembarangan menerima para siswanya, mereka harus benar-benar berasal dari keluarga tidak mampu.   

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI