Suara.com - Agama Baha'i menjadi perbincangan publik usai mendapatkan ucapan selamat hari raya dari Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas alias Gus Yaqut.
Banyak orang bertanya-tanya mengenai apa itu agama Baha'i, asal usul agama Baha'i hingga jejak agama Baha'i di Indonesia.
Berikut Suara.com merangkum beberapa fakta seputar agama Baha'i yang mendapatkan ucapan selamat hari raya dari Gus Yaqut, Rabu (28/7/2021).
1. Dibawa dari Persia
Lahirnya agama Bahai tak lepas dari seorang saudagar dari Kota Shiraz, Iran, bernama Siyyid Mírzá Alí-Muammad.
Ia kemudian mendapuk dirinya dengan gelar Sang Bab, yang artinya gerbang. Pada 23 Mei 1844, Sang Bab yang berusia 25 tahun mengakui menerima wahyu dari Tuhan.
Ia melakukan gerakan keagamaan bernama Bab. Gerakan keagamaan Bab ini menyebar ke seantero kerajaan Persia (kini Iran) pada masa itu.
Para pemuka agama Islam pada masa itu menentang. Gerakan Bahai ketika itu mendapat banyak tantangan dari para pemuka agama Islam di sana.
Sang Bab akhirnya meninggal dieksekusi mati pada 1850 di lapangan Tabriz pada usia 30 tahun. Bersamaan dengan itu 20.000 pengikutnya juga dieksekusi mati.
Baca Juga: Heboh! Menag Beri Ucapan Selamat Hari Raya ke Umat Baha'i, Tuai Kontroversi
Sebelum wafat, Sang Bab menyatakan, kedatangannya sebagai nabi untuk menyiapkan seorang nabi yang disebut sebagai perwujudan Tuhan. Menurutnya, ajaran yang akan dibawa oleh utusan Tuhan berikutnya jauh lebih besar.
![Potret Abdul-Baha, pemimpin agama Bahai yang juga anak sulung Baha’ullah, terpajang di Kantor Pusat Agama Bahai Indonesia, Gambir, Jakarta Pusat. [Suara.com/Erick Tanjung]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2019/05/13/47482-bahai-potret-abdul-baha.jpg)
Orang yang dimaksud Sang Bab bergelar Baha’ullah yang berarti kemuliaan tuhan. Baha’ullah bernama lengkap Mírzá usayn-`Alí Núrí.
Ia merupakan putra pasangan Mírzá Buzurg dan Khadíjih Khánum yang lahir pada 12 November 1817. Mirza Husayn lahir di Taheran, Iran dari keluarga bangsawan. Bapaknya seorang Menteri masa kerajaan Persia.
Ia adalah pengikut Bab sejak 1845 atau setahun setelah kemunculan gerakan keagamaan ini. Tiga tahun setelah Bab dieksekusi, Mirza diasingkan ke Bagdad.
Baha’ullah menerima wahyu pada 1953. Satu dekade kemudian, pada 1863, ia mulai memproklamasikan diri sebagai pembawa wahyu.
Setelah dari Bagdad, Baha’ullah dipindahkan ke penjara di Istanbul, Ibu Kota kerajaan Ottoman (kini Turki). Terakhir ia dipenjara di daerah terpencil di Kota Akka, Israel hingga meninggal dunia.