Transpuan Makin Termiskinkan saat Pandemi, Bertahan Hidup dengan Mi Instan

Reza GunadhaABC Suara.Com
Rabu, 28 Juli 2021 | 21:42 WIB
Transpuan Makin Termiskinkan saat Pandemi, Bertahan Hidup dengan Mi Instan
ILustrasi - Transpuan di Indonesia. [Suara.com/Fakhri Hermansyah]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Donasi yang berhasil dikumpulkan oleh Rully dan rekan-rekannya adalah sebesar Rp146.147.161.

"Pengeluaran sampai hari ini ada sekitar Rp58 juta, dan kami ada saving Rp70 juta sebagai antisipasi dari hal-hal yang tidak diinginkan, terutama bila ada kematian atau pengurusan jenazah dan pemakaman" jelasnya.

"Juga rencana menyewa ruangan untuk shelter alternatif," kata Rully kepada Hellena Souisa dari ABC Indonesia.

Bertahan dengan persediaan beras dan mie instan

Kondisi yang serupa dituturkan oleh Yulianus Rettblaut, yang biasa disapa Mami Yuli.

Ketua Forum Komunikasi Waria Indonesia, yang juga mengelola rumah singgah bagi para transpuan di Depok, Jawa Barat, mengatakan virus corona membuat kondisi mereka yang sebelumnya sudah sulit menjadi kian terpuruk.

“Sebelum pandemi ini aja kita udah pada susah, apalagi setelah ini, apalagi setelah diperpanjang lagi [PPKM] sekarang.”

Mami Yuli menjelaskan saat ini rumah singgahnya mendampingi 831 warga transpuan yang kebanyakan lansia dan tersebar di wilayah Jabodetabek.

Namun, hanya 17 orang yang kini tinggal di rumah singgah, sementara delapan orang transpuan lainnya bekerja dan tinggal di salon yang dikelolanya.

"Hampir enggak ada pelanggan yang datang ke salon. Ini lagi bingung bagaimana harus bayar kontrakan salon karena sudah dua bulan nunggak,” kata Yuli.

Baca Juga: Ketika Donasi Jadi Tumpuan Hidup Transpuan di Tengah Pandemi Covid-19

Selain itu, Yuli mengatakan Ketua RT di rumah singgah sudah mengingatkannya hanya boleh maksimal 10 orang yang datang per ke rumah singgahnya selama pandemi.

"Tapi namanya rumah singgah, kita enggak bisa kontrol berapa orang yang bolak-balik datang dan kalau ada yang perlu bantuan, masa saya tolak?”

Sama halnya dengan Rully, Yuli kini sebagian besar mengharapkan donasi atau bantuan dari berbagai pihak untuk bisa menghidupi para transpuan di rumah singgahnya.

“Sekarang masih ada sisa 35 kilogram beras untuk bertahan. Itu pun banyak yang datang minta. Tapi ini kan untuk stok kami juga di sini, jadi bagaimana ini,” ujar Yuli.

Selain dari bantuan donasi, Yuli juga meminta para transpuan yang tinggal di salon atau di rumah singgahnya untuk membuat dan berjualan kue-kue untuk menutup kebutuhan.

“Bikin donat atau pisang goreng, dijual di warung kalau pagi, yang penting [dapat uang] untuk beli beras atau mie [instan] ya sudah, kita bertahan aja dulu.”

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI