Menanggapi situasi sulit yang dialami keduanya itu, Kasie Rehabilitasi Tuna Sosial dan Korban Tindak Kekerasan Dinas Sosial DKI Jakarta, Dahru mengatakan pihaknya sudah rutin melakukan penjangkauan atau razia.
Mulai dari manusia silver, badut jalanan, pengemis, manusia gerobak, dan lainnya yang tergolong Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) sudah berulang kali ditertibkan.
"Kita kedepankan tindakan persuasif mengingat, tingginya angka Covid-19 di bulan Juni sampai dengan Agustus saat ini," ujar Dahru saat dihubungi.
Jika ada badut jalanan dan sejenisnya, mereka akan dibawa ke GOR untuk didata. Apabila memiliki tempat tinggal di Jakarta, maka akan dikembalikan. Namun jika tak punya, maka akan ditempatkan di panti dinas sosial.
Lantaran setelah dilepas tertangkap lagi ketika sedang jadi badut jalanan, akan ditempatkan dipanti maksimal tiga hari, begitu seterusnya. Belum ada solusi jelas untuk menjawab masalah yang dialami oleh Ridho, Kiki dan lainnya.
"Kita ajak dialog. Kita minta secara baik-baik agar mereka pulang dan tidak lagi di jalan. Kita juga selalu monitor secara berkala tempat-tempat yang rawan PMKS," ucapnya.
"Jika sangat terpaksa, Jika ada laporan dari masyarakat yang meresahkan. Kondisinya saat ini tidak kita langsung bawa ke panti. Tapi kita swab dulu, jika positif kita rujuk ke puskesmas sesuai alur untuk isoman," tambahnya menjelaskan.
Ridho akhirnya menganggap petugas yang mewakili nama negara ini sebagai sosok yang tidak bersahabat. Kalau tertangkap hanya didata, untung dapat makan, tapi tak bekerja seharian hingga tiga hari.
"Lagi-lagi jadinya gak ada duit tuh seharian," jelas Ridho.
Baca Juga: Pandemi Covid-19 Berdampak Pada Intervensi Penurunan Stunting di Indonesia
Padahal Ridho berharap ada solusi seperti lapangan pekerjaan yang lebih menjanjikan buatnya, tidak hanya sekadar didata.
"Kalau didata doang udah banyak nama saya kali, ha ha ha," katanya tertawa kecil.
Menjelang gelap, kaleng uangnya baru terisi setengah, kebanyakan uang Rp2 ribu. Ridho yang sudah sekitar 3 jam memakai kostum masih menunggu lampu kembali merah.
Begitu kendaraan mulai berhenti, Ridho yang sudah lelah ditarik oleh tangan kecil Rani yang sadar sudah waktunya mengelilingi kendaraan.
Sambil melambaikan tangan ke arah pengendara, ia hanya menyadari keesokan harinya masih sama. Ia harus mengulangi terus menjadi badut jalanan yang ceria dengan beban berat di punggungnya.
Harapannya, hanya puterinya itu bisa terbebas dari kondisi ini. Tak ikut terjebak dalam kostum boneka, tak merasa merdeka menjadi badut jalanan.