Perempuan Indonesia Bekerja Bersama Warga Aborigin di Pedalaman Australia

SiswantoABC Suara.Com
Selasa, 07 Desember 2021 | 15:08 WIB
Perempuan Indonesia Bekerja Bersama Warga Aborigin di Pedalaman Australia
Ilustrasi suku aborigin. (shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Berawal dari ketertarikannya untuk mengenal lebih dalam budaya asli Aborigin, Yoseva Agung Prihandini melamar pekerjaan administrasi sebagai Centrelink Officer di Komunitas Aborigin di Victoria Daly Regional, Kawasan Australia Utara atau Northern Territory (NT).

Ketika tiba di Australia di tahun 2018, seperti ribuan anak-anak muda lainnya dengan visa Working Holiday (WHV), Yoseva asal Bali pernah bekerja di bidang-bidang yang banyak diminati para 'backpacker', di bidang pertanian atau bidang 'hospitality', sebagai pelayan restoran, tenaga pembersih, atau yang menerima pelanggan.

Yoseva, yang lulus dari jurusan Matematika dari Universitas Udayana di Bali, mengatakan tidaklah mudah untuk bisa menemukan kerja kantoran di Australia bagi peserta WHV.

“Gagal puluhan kali ... sampai akhirnya dapat juga setelah proses rekrutmen yang menghabiskan waktu kurang lebih 2 bulan dengan wawancara dua kali, tes kesehatan dan juga mendapatkan vaksin tambahan," katanya kepada ABC Indonesia.

Pekerjaan yang membantu warga setempat

Menurut Yoseva, banyak warga Australia ragu untuk bekerja di kawasan-kawasan pedalaman karena sulitnya akses yang ditempuh menuju kota terpencil seperti Kalkarindji, serta lemahnya sinyal seluler. 

Ia mengatakan jarak yang ditempuh dengan mobil ke kota tersebut sekitar 8-10 jam dari ibu kota Darwin, tergantung pada kecepatan mobil dan berapa lama beristirahat.

Tak hanya itu, tidak semua jalanan mulus beraspal sehingga waktu tempuh sangatlah bervariasi.

Meski kota tempat ia bekerja lokasinya terpencil, Yoseva mengatakan masyarakatnya sangat ramah dan pekerjaannya menyenangkan.

"Pekerjaan utama saya seperti membantu penduduk mendaftarkan Kartu Kesehatan (Medicare), mengecek bantuan dana pemerintah untuk setiap orang, membantu pembuatan kartu untuk mereka yang berusia 18 tahun ke atas agar mudah mengakses pekerjaan”, katanya.

Baca Juga: Peneliti Sebut Manusia Sulawesi Punya DNA Sama Dengan Suku Aborigin dan Papua

Yoseva juga membantu melakukan pendataan barang yang keluar masuk di Australian Post.

REKOMENDASI

TERKINI