Di Eropa, struktur neo-Gothic biasanya dibuat dari batu. Di Jakarta, Dijkman, memanfaatkan kemampuan pengrajin lokal, menggunakan batu bata 20x40 cm, dengan kayu dan sirap untuk atap, yang kemudian diubah menjadi tembaga untuk menghindari kebocoran.
Sayangnya, Dijkman tidak pernah melihat gereja selesai, karena penyakit memaksanya kembali ke Belanda. Sementara konstruksi, berlanjut di bawah Marius Hulswit, seharusnya memakan waktu tiga tahun saja untuk selesai. Akan tetapi, pembangunan memakan waktu satu dekade, karena berbagai sebab.
![Suasana umat Kristiani saat mengikuti Misa Natal di Gereja Katedral, Jakarta Pusat, Sabtu (25/12/2021). [Suara.com/Alfian Winanto,]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/12/25/41034-ibadah-natal-gereja-katedral-jakarta.jpg)
Misa Pertama Gereja Katedral Jakarta
Fakta menarik Gereja Katedral Jakarta berikutnya adalah mengenai misa pertamanya. Gereja mengadakan misa pertamanya pada tanggal 21 April 1901.
Dalam seni arsitekturnya, katedral dilengkapi dengan cathedra, tahta yang digunakan oleh seorang uskup agung, dan jendela rosetta. Jendela ini, ikon Katedral Jakarta, terletak di atas architrave gerbang utama dengan dua pintu kayunya.
Architrave, yang merupakan pita untuk patung batu Maria, diukir dengan frasa “All generations shall call me blessed”. Jendela lain juga dibuat dengan kaca patri. Namun, tidak seperti di katedral Eropa, yang menunjukkan gambar Yesus atau orang-orang kudus, Katedral Jakarta menunjukkan pola bunga berulang.
Demikian itu fakta menarik Gereja Katedral Jakarta yang dirangkum Suara.com dari berbagai sumber.
Kontributor : Mutaya Saroh
Baca Juga: Hari Natal, Anies Ajak Jadikan Jakarta Sebagai Rumah yang Mempersatukan