Uskup Agung Desmond Tutu Dimakamkan Secara Kenegaraan di Hari Pembuka 2022

Minggu, 02 Januari 2022 | 05:55 WIB
Uskup Agung Desmond Tutu Dimakamkan Secara Kenegaraan di Hari Pembuka 2022
Foto mendiang Uskup Agung Desmond Tutu ditampilkan saat pemakaman kenegaraan dan misa rekuiem, di Katedral Ssint George, di Cape Town, Afrika Selatan, Sabtu (1/1/2022) [ANTARA FOTO/Pool via Reuters-Jaco Marais/hp].
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Teolog Afrika Selatan kenamaan sekaligus Uskup Agung Anglikan Desmond Tutu, yang bergelar The Most Rev. Dr. Desmond Tutu OMSG CH GCStJ, dan Archbishop Emeritus of Cape Town dimakamkan secara kenegaraan di hari pertama tahun ini, Sabtu (1/1/2022).

Dikutip dari kantor berita Antara, Presiden Cyril Ramaphosa memuji mendiang Uskup Agung Desmond Tutu sebagai "kompas moral dan hati nurani nasional kita" saat Afrika Selatan mengucapkan selamat tinggal kepada pahlawan perjuangan melawan apartheid iu.

"Bapa kami yang telah meninggal adalah seorang pejuang untuk kebebasan, untuk keadilan, untuk kesetaraan dan perdamaian, tidak hanya di Afrika Selatan, negara kelahirannya, tetapi di seluruh dunia," kata Ramaphosa, menyampaikan pidato perpisahan dalam Misa Rekuiem di Katedral Saint George, Cape Town, tempat selama bertahun-tahun Desmond Tutu berkhotbah menentang ketidakadilan rasial.

Presiden itu kemudian menyerahkan bendera nasional kepada janda Tutu, Nomalizo Leah, yang dikenal sebagai "Mama Leah". Tutu, yang dianugerahi hadiah Nobel Perdamaian pada 1984 karena penentangannya tanpa kekerasan terhadap pemerintahan minoritas kulit putih, meninggal Minggu lalu (26/12/2021) atau sehari setelah Hari Raya Natal, dalam usia 90 tahun.

Jandanya duduk di kursi roda di barisan depan jemaat, mengenakan selendang ungu, warna jubah yang biasa dipakai saat berkhotbah oleh suaminya. Ramaphosa mengenakan dasi yang serasi.

Cape Town, kota tempat Tutu tinggal hampir sepanjang hidupnya, diguyur hujan di luar musimnya pada Sabtu pagi (1/1/2022) ketika pelayat berkumpul untuk mengucapkan selamat tinggal kepada lelaki yang dikenal sebagai "The Arch"-- gerbang melengkung sebagai simbol perdamaian dan demokrasi untuk menghormati Desmond Tutu.

Matahari bersinar terang setelah Misa Rekuiem ketika enam pendeta berjubah putih yang bertindak sebagai pembawa kain penutup keranda mendorong peti mati keluar dari katedral ke mobil jenazah.

Jenazah Tutu akan dikremasi dan kemudian abunya dikebumikan di belakang mimbar katedral dalam sebuah upacara pribadi.

"Berpostur kecil secara fisik, dia adalah raksasa di antara kita secara moral dan spiritual," papar pensiunan Uskup Michael Nuttall, yang menjabat sebagai wakil Tutu selama bertahun-tahun.

Baca Juga: Kemacetan Rantai Pasokan Berkurang, Produk Industri Otomotif Jepang Melonjak Bulan Lalu

Poster Tutu seukuran aslinya, dengan tangan tergenggam, ditempatkan di luar katedral, di mana jumlah jemaat dibatasi sesuai dengan langkah-langkah COVID-19.

Uskup Agung Canterbury Justin Welby, yang memimpin Komuni Anglikan global, mengatakan dalam sebuah pesan yang direkam: "Orang-orang mengatakan 'ketika kita berada dalam kegelapan, dia membawa terang' dan bahwa... telah menerangi negara-negara secara global yang sedang berjuang melawan ketakutan, konflik, penganiayaan, penindasan."

Putrinya, Pendeta Nontombi Naomi Tutu, berterima kasih kepada para simpatisan atas dukungan mereka saat Misa Rekuiem dimulai, suaranya sebentar bergetar karena emosi.

Bangsa pelangi

Dihormati secara luas di seluruh ras dan budaya Afrika Selatan karena integritas moralnya, Tutu tidak pernah berhenti memperjuangkan visinya tentang "Bangsa Pelangi" tempat semua ras di Afrika Selatan pasca-apartheid dapat hidup dalam harmoni.

Ratusan simpatisan mengantre pada Kamis dan Jumat untuk memberikan penghormatan terakhir mereka saat tubuhnya disemayamkan di katedral.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI