Obat-obatan dari dokter harus diminum setiap hari tidak boleh terputus. Seumur hidup.
Ketika dokter pertamakali mengatakan dia harus mengonsumsi obat tiap hari selama seumur hidup, "rasanya sudah selesai hidup ini."
Bagaimana mungkin orang yang tadinya sehat walafiat, sekarang harus tergantung obat-obatan.
Dia teringat suatu kali setelah selesai diperiksa dokter.
Paru-paru, jantung, liver, ginjal, sehat semua. Tidak ada gula dan lain-lain. "Cuma ibu kena HIV aja ini," kata dokter ketika itu.
Setelah sekian lama berjuang realistis hidup dengan HIV, semangat ibu berjilbab semakin kuat.
Sekarang menjalani rutinitas mengambil obat, konsultasi, minum obat tiap hari, menjadi hal yang biasa. Tanpa beban. Kehidupannya pun menjadi lebih rileks.
Aku masih mendengarkan semua ceritanya, meskipun seharusnya aku pergi ke lab untuk mengambil hasil swab PCR.
Dengan bercerita dan didengarkan, barangkali menjadi terapi untuk semakin menguatkan diri ibu berjilbab.
Baca Juga: Kisah Sopir Bajaj Perempuan: Berani Lawan Pelecehan, Berteman dengan Preman
Pagi itu setelah cukup lama duduk menunggu, nama suami ibu berjilbab dipanggil petugas RS yang berada di balik kaca.
Ibu berjilbab bergegas menuju depan loket. Diambilnya sebotol obat. Lalu tanda tangan di atas kertas lewat sebuah lubang pembatas antara pasien dan petugas.
Selesai pengambilan obat, dia kembali duduk di sebelahku.
Diperlihatkannya botol obat itu sebelum dimasukkan ke dalam tas.
Itulah obat yang setiap bulan sekali mesti diambil dari RS. Obat itu yang harus diminum sepanjang hayat.
Hari itu, suami dari ibu berjilbab tidak bisa datang ke RS.