"Mereka tidak berhenti melepaskan tembakan," katanya.
"Sedikit-sedikit terdengar suara senjata. Sebentar-sebentar ada serangan rudal. Saya tak tahu apa yang harus saya lakukan."
Dalam rekaman yang lain, remaja pria tersebut juga merekam mayat-mayat dari orang yang tewas dalam serangan.
"Orang-orang di sekeliling saya berteriak-teriak. Mereka sangat ketakutan. Saya betul-betul memerlukan pertolongan. Saya ingin pulang."
Rekaman suara remaja Australia yang didapat oleh ABC secara eksklusif tersebut memberi gambaran mengenai serangan yang dilakukan kelompok IS sejak kelompok tersebut kehilangan sebagian besar wilayah yang mereka kuasai di Suriah pada tahun 2019.
Rekaman tersebut kemudian diterima oleh Kamalle Dabboussy, salah satu sahabat keluarga dari remaja tersebut, yang sekarang melakukan kampanye agar remaja tersebut bisa dipulangkan ke Australia.
"Selama 24 jam terakhir khususnya, keluarganya sangat terkejut dan cemas dengan rekaman yang mereka terima," kata Kamalle.
Tak seorang pun dari keluarga remaja tersebut pernah mengontak langsung dengannya sejak ia ditahan tiga tahun lalu.
"Sebelum pergi, dia masih anak-anak," ujar Kamalle.
Baca Juga: Serangan Udara Israel Bombardir Pelabuhan Latakia di Suriah
Bagaimana dia bisa sampai di Suriah?
Remaja tersebut diketahuii tiba di Suriah di tahun 2015, ketika dia menuju ke daerah kekuasaan IS bersama orang tua dan adik kakaknya.