Invasi Rusia ke Ukraina Pengaruhi Saham Asia dan Harga Minyak

Jum'at, 25 Februari 2022 | 16:19 WIB
Invasi Rusia ke Ukraina Pengaruhi Saham Asia dan Harga Minyak
DW
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Konflik antara Rusia dan Ukraina mempengaruhi pasar Asia, seperti menurunnya indeks Nikkei Jepang, HSI Hong Kong, hingga Shanghai Composite China. Sebaliknya, dolar, emas, dan harga minyak meroket tajam.

Pasar saham Asia jatuh dan harga minyak melonjak hampir $100 per barel pada Kamis (24/02), setelah Presiden Rusia Vladimir Putin melancarkan operasi militer di Ukraina.

Benchmark pasar di Tokyo dan Seoul turun 2%, sedangkan Hong Kong dan Sydney kehilangan lebih dari 3%.

"Reli bantuan dengan cepat berbalik arah,” kata Jeffrey Halley dari Oanda dalam sebuah laporan "ekuitas menurun di Asia.”

Indeks Nikkei 225 (N225) Jepang turun 2,2% menjadi 25.855,04, Hang Seng (HSI) Hong Kong turun 3,1% menjadi 22.925,60, dan Shanghai Composite China bergerak turun 0,9% pada 3.458,12.

Ekonomi Asia menghadapi risiko yang lebih rendah daripada Eropa, tetapi mereka yang membutuhkan minyak impor mungkin akan dikenai harga yang lebih tinggi jika pasokan dari Rusia, produsen terbesar ketiga, terganggu, kata analis.

Harga minyak melonjak saat Rusia invasi Ukraina Saham global dan imbal hasil obligasi Amerika Serikat turun pada hari Kamis (24/02).

Sementara itu, dolar, emas, dan harga minyak meroket tajam di saat pasukan Rusia menembakkan rudal ke beberapa kota di Ukraina dan mendaratkan pasukan di pantai selatannya.

Euro Stoxx 50 dan DAX Jerman berjangka turun lebih dari 3,5 persen di awal transaksi, sementara FTSE berjangka merosot 2 persen lebih rendah. Bursa Moskow mengumumkan penangguhan semua perdagangan pada hari ini (24/02).

Baca Juga: Negaranya Invasi Ukraina, Petenis Rusia Medvedev Dukung Perdamaian

"Pasar selalu mencoba untuk menilai apakah (Rusia) akan berhenti di Donbass, dan terlihat cukup jelas bahwa mereka bergerak menuju Kiev, yang selalu menjadi salah satu skenario terburuk, karena kami sekarang memiliki malam yang panjang di depan kami untuk mencoba memahami betapa buruknya situasi ini dan sanksi apa yang diberikan, karena harus ada putaran sanksi baru terhadap Putin dan pemerintah Rusia," kata Chris Weston, Kepala Penelitian di Pepperstone.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI