Karena proses pembuatannya lama dan cukup menguras tenaga, panitia mulai memasak bubur samin setelah shalat dzuhur sampai waktu shalat ashar tiba saat Ramadhan.
Setelah itu, panitia akan membagikan bubur samin kepada warga yang biasanya sudah datang dan mengantre sejak siang hari.
Panitia pembagian bubur samin di Masjid Darussalam dalam satu hari memasak sekitar 35 kg beras untuk membuat bubur samin dan jika peminat bertambah, maka panitia akan menambah porsi beras yang dimasak menjadi 40 kg pada pekan berikutnya.
Dalam antrean panjang warga yang ingin mendapat bagian bubur samin di Masjid Darussalam ada Afni Duriahtuti, yang mengaku hampir setiap Bulan Ramadhan selalu ikut mengantre demi mendapatkan bubur samin yang gurih dari panitia.
"Sudah dua tahun ini kan tidak (ada pembagian bubur samin). Biasanya (antre untuk mendapat bubur samin) buat keluarga. Kalau pas Ramadhan selalu antre seperti ini," katanya.
Siwi Wardani, warga yang lain, saat berada di Kota Solo juga selalu berusaha mampir ke Masjid Darussalam untuk ikut mengantre mendapat bubur samin pada bulan puasa.
"Saya kebetulan bukan warga Solo tetapi selalu ke sini kalau pas ke Solo. Memang rasanya enak. Kadang saya ikut berbuka puasa di sini juga," katanya.
Tradisi pembagian bubur samin pada bulan puasa tetap dipertahankan setelah sebagian dari warga asal Banjar yang merantau ke Solo dan keturunan mereka berpencar untuk mencari rezeki ke daerah-daerah yang lain seperti Karanganyar, Sragen, Boyolali, Sukoharjo, dan Semarang. (Antara)
Baca Juga: Tradisi Hadrat di Ambon, Bangunkan Warga Muslim Sahur saat Ramadhan