Serangan bertubi-tubi Rusia sepanjang bulan Maret mendesak tentara Ukraina hingga ke pusat kota. "Militer memindahkan garis pertahanan ke dalam kota karena tidak lagi mungkin mempertahankan posisi di ladang-ladang terbuka di pinggir kota” kata dia.
"Korban jiwa dikuburkan di halaman belakang. Awalnya jumlahnya tidak banyak,” ujarnya.
Tapi ketika warga sipil terus berguguran, tim penyelamat terpaksa menggali kuburan massal, yang "membentang sepanjang 30 meter, dengan dalam tiga meter.”
"Ke sana lah mayat-mayat dari semua rumah sakit dibawa. Pun perusahaan jasa pemakaman memindahkan jenazah dari halaman rumah ke kuburan massal,” tutur Maloletka.
Ketika bom Rusia menghantam sebuah klinik bersalin pada 9 Maret silam, kedua wartawan kebetulan berada di dekat lokasi kejadian. Namun
tidak lama berselang, "tank-tank Rusia berdatangan. Kami bersembunyi sepanjang hari di dalam rumah sakit dengan menyamar sebagai dokter sembari mengambil gambar."
Evakuasi dari Mariupol
Pada pagi hari tanggal 12 Maret, sekelompok pasukan elit Ukraina berhasil menerobos masuk dan menyelamatkan kedua jurnalis.
Tiga hari kemudian, semua warga sipil diizinkan meninggalkan kota melalui sebuah jalan yang sudah dikosongkan militer Rusia.
Baca Juga: Perang Ukraina: Warga Sipil Mariupol Dievakuasi dari Bunker Pabrik Baja
Gambar-gambar mereka mengejutkan dunia, dan menjadi indikasi pertama kejahatan perang di Ukraina. Bagi Moaloletka dan Chenov, "sangat sulit untuk melupakan kematian anak-anak. Semua anak yang dibawa ke rumah sakit dan kemudian kami foto sudah meninggal dunia. Di antarnya anak-anak berusia 15 tahun, tapi juga bayi berusia tiga bulan. Mereka semua menjadi korban pengeboman Rusia.”