Suara.com - Korea Utara mencatat ratusan ribu kasus deman di hari kedua berturut-turut. Media pemerintah setempat melaporkan setidaknya ada kurang dari 200 ribu kasus demam di negara yang dipimpim Kim Jong Un tersebut.
Peningkatan kasus demam itu berlangsung saat Korea Utara mendeklarasikan gelombang Covid-19 pada 12 Mei 2022. Situasi krisis pandemi di negara tersebut juga memicu kekhawatiran terkait kesiapan medis.
Korea Utara dikhawatirkan akan mengalami kekurangan vaksin, infrastruktur medis yang tidak memadai, dan potensi krisis pangan di negara berpenduduk 25 juta itu. Terlebih, negara itu juga tetap bungkam saat mendapat tawaran bantuan dari negara lain.
Hingga kini Pyongyang tetap diam menyikapi tawaran Korea Selatan dan Amerika Serikat untuk membantu memerangi wabah virus corona pertama yang dikonfirmasi.
Presiden AS Joe Biden mengatakan, Washington telah menawarkan vaksin covid-19 ke China dan Korea Utara, tapi "tidak mendapat tanggapan."
Sebagai informasi, Korea Utara melaporkan 167.650 pasien baru menderita demam pada Senin dan satu kematian lagi.
Lebih dari 2,33 juta dari 2,81 juta kasus kumulatif yang dilaporkan sejak akhir April telah pulih pada Minggu (22/5l malam, kata kantor berita negara Korea Utara KCNA. Korban tewas resmi mencapai 68 lrang.
Di saat tetap diam menyikapi tawaran bantuan, Korea Utara telah mengakui bahwa situasi virus di negara itu mengalami "perubahan yang menguntungkan".
"Kesadaran atas krisis dan tanggung jawab lebih ditingkatkan di setiap wilayah, sektor, tempat kerja, dan pos di seluruh negeri untuk mempertahankan perubahan yang menguntungkan itu dalam upaya pencegahan epidemi dan semua masuknya virus diperiksa melalui pelaksanaan yang ketat dalam penguncian dan blokade regional dan unit lokal," kata KCNA.
Baca Juga: Pasien Sembuh dari Covid-19 Bertambah 4 Orang di Kaltim, 5 Daerah Dilaporkan Masih Hijau
Pembatasan Covid-19 semacam itu mungkin memainkan peran dalam kurangnya tanggapan Korea Utara, kata seorang pejabat senior pemerintah AS, Minggu (23/5/2022).