Artinya: “Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu bagi orang yang mampu mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barang siapa mengingkari kewajiban haji, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.”
Namun demikian, ibadah haji juga kadang berkaitan dengan pengalaman spiritual seseorang. Karena ada banyak orang Muslim kaya raya yang tak kunjung menunaikan ibadah haji bahkan hingga akhir hayatnya. Sebaliknya, juga ada banyak orang bergaji rendah atau penghasilan yang tidak tetap, justru ia diberi kemampuan untuk ibadah haji. Semangat dan pengalaman ruhaniah seseorang amat berpengaruh terhadap seberapa kuat niatnya untuk berhaji itu tumbuh.
Jamaah shalat Idul Adha hafidhakumullah,
Dalam ibadah haji, banyak sekali kegiatan atau fisebut dengab manasik yang tak serta merta bisa ditangkap alasannya secara nalar manusia. Jika kita diperintahkan untuk berpuasa Ramadhan setiap setahun sekali, orang mungkin dapat menjelaskan secara rasional dari sudut pandang medis. Demikian juga dengan perintah untuk berzakat, yang bisa ditemukan alasannya secara sosial dan ekonomi, yakni agar harta tidak hanya berputar pada segelintir orang tertentu saja.
Namun Tidak demikian dengan ibadah haji. Rukun kelima dalam agama Islam ini terdapat sarat ritual-ritual yang bisa dipahami dengan memosisikannya sebagai simbol-simbol yang penuh makna.
Pertama yang bisa ditangkap dari ibadah haji adalah makna tauhid. Makna ini tersirat dalam posisi Ka’bah sebagai sentra atau pusat kedatangan para jamaah calon haji dari berbagai belahan dunia. Jutaan orang dari berbagai penjuru bangsa berkumpul dalam satu pusat, tanpa dibedakan.
Ini menjadi simbol bahwa tujuan dari keseluruhan hidup ini adalah satu, yakni Allah SWT. Penjulukkan Ka’bah sebagai “baitullah” (rumah Allah) harus benar-benar dipahami dalam makna tersebut, bukan berarti Allah bersemayam di dalam Ka’bah.
Begitu pula dengan Hajar Aswad yang terletak di sudut timur dari laut Ka'bah. Kedudukannya yang sangat mulia hinggajutaan orang berebut menyentuh dan menciumnya sehingga tidak boleh sampai membuat mereka menyembahnya. Anjuran menyentuh dan mencium Hajar Aswad muncul karena untuk mengikuti sunnah Nabi. Sebagaimana dikatakan Sayyidina Umar bin Khattab:
Artinya: “Sungguh aku tahu, engkau hanyalah batu. Tidak bisa mendatangkan bahaya atau manfaat apa pun. Andai saja aku ini tak pernah sekalipun melihat Rasulullah shallahu alaihi wa sallam menciummu, aku pun enggan menciummu.” (HR: Bukhari)
Baca Juga: Khutbah Idul Adha Singkat 2022: Pelajaran Utama Hari Raya Kurban
Kedua adalah makna kemanusiaan. Pakaian ihram yang dikenakan oleh orang-orang saat memulai ibadah haji adalah simbol kesamaan dan kesetaraan semua umat manusia.