Contoh Khutbah Idul Adha 2022: Tiga Makna di Balik Ibadah Haji

Rifan Aditya Suara.Com
Jum'at, 24 Juni 2022 | 18:00 WIB
Contoh Khutbah Idul Adha 2022: Tiga Makna di Balik Ibadah Haji
khutbah idul adha 2022: Tiga Makna di Balik Ibadah HajiĀ (Pixabay)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Dalam ihram seluruh umat dianjurkan mengenakan pakaian berwarna putih. Bagi jamaah haji laki-laki diwajibkan mananggalkan semua pakaian berjahit dan menggantinya dengan hanya menggunakan dua helai kain. 

Kaum laki-laki juga dilarang mengenakan topi atau peci, sedangkan jamaah perempuan dilarang mengenakan cadar. Ritual ini menandakan dari kesatuan identitas manusia sebagai hamba Allah, dan melepaskan identitas-identitas selainnya. Seperti suku, ras, nasab, jabatan politik, kelas ekonomi, dan juga ketokohannya di dunia. Pemulung, selebritis, ulama, menteri, atau presiden mereka datang ke Tanah Suci sebagai hamba Allah, bukan sebagai orang dengan kedudukan duniawinya. 

Makna kedua ini sekaligus mempertegas dari makna pertama, yakni nilai tauhid. Konsekuensi dari menjunjung tinggi tauhid adalah mengakui bahwa tidak ada yang lebih mulia selain Allah SWT. Manusia pada hakikatnya berada dalam satu kesetaraan. Standar kedudukan manusia hanya bisa dinilai dari sudut pandang Allah saja, melalui tingkat ketakwaannya. Manusia paling mulia adalah mereka yang paling bertakwa kepada Allah SWT. Sebagaimana firman-Nya: 

Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha-Mengetahui lagi Maha-Mengenal.” (QS al-Hujurat: 13) 

Tak hanya pakaian-pakaian “kehormatan” duniawi yang dilepas, jamaah haji dari berbagai bangsa dan negara juga bersama-sama untuk meninggalkan tempat asalnya dan berkumpul di tempat yang sama. Pemandangan ini lebih tampak ketika mereka sedang bersama-sama melakukan wukuf di Arafah. 

Mereka semua harus berdiam di lokasi yang sama dan di bawah terik matahari yang sama. Ini menandakan bahwa sesungguhnya semua manusia siapa pun itu, pada akhirnya akan kembali pada Dzat yang tunggal yaitu Allah SWT. Ibadah haji sebagai gambaran bahwa manusia harus kembali ke fitrah aslinya sebagai hamba, baik ketika hidup maupun ketika mati. 

Ketiga adalah makna napak tilas sejarah dari kenabian. Haji juga menjadi momen untuk mengenang jejak nabi-nabi terdahulu, khususnya Nabi Adam, Nabi Ibrahim, dan tentubya Nabi Muhammad. Perjalanan mereka bukanlah sejarah hidup yang memiliki makna kosong, melainkan mengandung berbagai pelajaran yang penting untuk diingat dan dipelajari. 

Ritual melontar Jumrah, misalnya, adalah jejak permusuhan Nabi Adam terhadap setan yang mengganggunya. Kita diingatkan tentang pentingnya selalu bersikap waspada terhadap berbagai tipu daya musuh terlaknat tersebut. 

Begitu juga tentang ritual Sa’i yang menyimpan sejarah dari perjuangan Siti Hajar mencari air untuk putranya, Ismail, ketika ditinggal sang suami, Nabi Ibrahim ‘alaihis salam. Ia harus lari-lari yang berulang sampai tujuh kali.

Baca Juga: Khutbah Idul Adha Singkat 2022: Pelajaran Utama Hari Raya Kurban

Menjadi simbol kegigihan ikhtiar yang tak kenal putus asa. Hingga akhirnya pertolongan Allah pun datang yang ditandai dengan memancarnya air secara tiba-tiba dari bawah kaki Nabi Ismail. Mata air itu kemudian sekarang kita kenal sebagai sumur Zamzam. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI