"Ada kontrak kami yang dibatalkan. Kami tidak melakukan pengiriman sudah hampir empat minggu," katanya.
"Dari perusahaan kami sendiri, ada 7.500 erkor sapi yang harus dikirim bulan ini, tapi mereka mengulur waktu dan kami harus menemukan pasar lain saat ini," tambahnya.
"Kami sedikit beruntung karena perdagangan ternak di pantai timur (Australia) masih cukup kuat. Kami bisa menemukan pasar domestik harga lebih rendah," jelas Haydn.
Data dari Pelabuhan Darwin dan Pelabuhan Broome menunjukkan perlambatan ekspor ternak selama beberapa minggu terakhir,
Sekitar 17.000 ekor sapi telah dikirim dari Darwin pada bulan Juni — atau turun dari hampir 30.000 pada bulan Juni 2021.
Di Broome, hanya 11.500 ekor yang diekspor pada Juni, turun dari 25.000 pada periode yang sama tahun lalu.
Indikator lain terjadinya perlambatan ekspor, Indikator Harga Ekspor Ternak dari Meat and Livestock Australia (MLA) tidak lagi diperbarui.
"Karena aktivitas perdagangan yang berkurang secara signifikan, Indikator Harga Ekspor Ternak sekarang hanya melaporkan secara ad-hoc sampai volume sapi bakalan Indonesia pulih kembali," kata MLA dalam sebuah pernyataan.
MLA memperkirakan ekspor ternak sapi Australia akan turun secara signifikan tahun ini sebesar 33 persen dari 772.000 menjadi 500.000 ekor.
Baca Juga: Harga Ekspor Sapi Australia Naik, Harga Daging di Indonesia Ikut Naik?
Dick Slaney mengatakan perlambatan ekspor sapi dari Australia akan memiliki dampak susulan di Indonesia.