Penipu Online Berhasil Mencuri dari Warga Australia Sekitar Rp20 Triliun di Tahun 2021

SiswantoABC Suara.Com
Kamis, 07 Juli 2022 | 00:10 WIB
Penipu Online Berhasil Mencuri dari Warga Australia Sekitar Rp20 Triliun di Tahun 2021
Ilustrasi Penipuan (Pexels/Sora Shimazaki).

Suara.com - Beberapa hari setelah menerima telepon dari seseorang yang mengaku sebagai "pegawai Microsoft", Brian akhirnya menyadari telah tertipu. Tabungan sekitar Rp400 juta raib dari rekening banknya.

Pelaku yang mengaku dari "Microsoft" itu menawarkan untuk memperbaiki masalah pada komputer Brian (bukan nama sebenarnya).

Setelah warga Australia berusia 76 tahun ini memberikan nama akun dan password komputernya, penipu itu berhasil mengendalikan komputer dan menarik A$38.700 dari rekening bank online pensiunan ini.

Sang penipu meninggalkan A$300 di rekening Brian. "Uang ini adalah tabungan hidup saya," kata Brian.

"Sejak kejadian itu, kesehatan saya belum pulih kembali. Saya belum bisa tidur dengan nyenyak," ujarnya.

Menurut Komisi Persaingan dan Konsumen Australia (ACCC), kasus penipuan online meningkat pesat tahun lalu, banyak di antaranya menargetkan korban lansia.

ACCC pekan ini merilis laporan data dari portal pelaporan penipuan Scamwatch (dioperasikan oleh ACCC) dan ReportCyber (dari kepolisian negara bagian dan federal serta badan keamanan Australia), serta perbankan, jasa pengiriman uang, dan lembaga lainnya.

Menurut wakil ketua ACCC Delia Rickard, total kerugian yang dilaporkan dari semua lembaga terkait mencapai hampir A$1,8 miliar.

"Dengan memperhitungkan jumlah penipuan yang tidak dilaporkan, kerugian sebenarnya lebih dari A$2 miliar," kata Delia Rickard.

Baca Juga: Marak Penipuan Online, Kominfo Minta Masyarakat Tingkatkan Literasi Digital

Ia menyebut perkiraan kerugian 2 miliar dolar ini masih jauh lebih rendah dari kerugian sebenarnya.

"Jumlah ini sangat mencengangkan. Kami perkirakan tahun ini akan lebih buruk lagi," ujarnya.

Modusnya seperti apa?

ACCC menyebut kerugian akibat penipuan yang menawarkan investasi palsu meningkat lebih dari dua kali menjadi 700 juta dolar pada tahun 2021.

Penyebab utamanya yaitu maraknya penipuan investasi mata uang kripto, dengan kerugian 99 juta dolar.

Modus tipikal penipuan ini melibatkan pelaku yang sudah menyiapkan platform investasi dan perdagangan mata uang kripto yang palsu, sehingga mereka yang masuk ke platform itu otomatis tertipu.

Di samping itu, ada pula modus penipuan asmara, yang korbannya kemudian digiring ke platform investasi palsu tersebut.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI