Eli lantas menjelaskan, ada dua jenis Yahudi, yakni ortodoks dan reformis alias liberal. Kaum Yahudi ortodoks menjalani keimanan dan peribadatan secara ketat. Sebaliknya, Yahudi liberal lebih santai dan bebas dalam ibadah.
Misalnya, Yahudi ortodoks tidak bisa menikah dengan orang di luar komunitas mereka, sedangkan Yahudi liberal lebih bebas, bisa menikah dengan orang dari agama apa saja.
“Nah, anehnya di Indonesia, banyak orang yang mengaku-ngaku keturunan Yahudi. Kaum ortodoks sangat ketat, kami memunyai data terpusat. Jadi, jika ada yang mengaku Yahudi, mudah dicek,” tuturnya.
Selain itu, untuk memeluk agama Yudaisme juga tak gampang, baik bagi keturunan Yahudi apalagi yang sama sekali tak memunyai silsilah darah.
“Orang yang dianggap 100 persen Yahudi itu kalau dia punya darah dari ibu. Sedangkan keturunan dari ayah, dianggap sudah terputus,” jelasnya.
![Elisheva Dinar Prasasti Wiriaatmadja, tengah membaca Torah, kitab suci umat Yudaisme. [Suara.com/Erick Tanjung]](https://media.suara.com/pictures/original/2019/04/09/27861-kaum-yahudi-di-jakarta-5.jpg)
Nah, bagi keturunan Yahudi yang terputus tersebut, kalau ingin kembali memeluk Yudaisme, harus mengajukan permohonan ke pengadilan agama mereka.
“Pengadilan agama Yudaisme yang terdekat ada di Sidney Australia atau AS,” ungkapnya.
Meski terbilang ketat, ada pula orang-orang yang bukan keturunan Yahudi maupun keturunan dari pihak ayah (terputus) tapi tetap melakukan tata cara agama Yudaisme.
“Orang-orang yang begitu disebut Bnei Noah. Dia mengikuti tata cara doa, hukum-hukum Yahudi. Di Jakarta, banyak orang Bnei Noah,” jelasnya.
Baca Juga: Jalan Sunyi Agama Baha'i
Bnei Noah atau bahasa Indonesianya adalah Bani Nuh, yakni orang-orang yang mengakui dan menjalankan 7 perintah Tuhan kepada Nabi Nuh. Karenanya, mereka juga mengakui dan mau menjalankan 10 perintah Tuhan yang menjadi dasar Yudaisme.
Menutup lingkaran
“ELI sudah pergi untuk menetap di Yerusalem sejak awal tahun 2020,” kata seorang pengajar bahasa Ibrani di Jakarta kepada saya, Juli 2022.
Saya baru mengerti kenapa Eli memutuskan untuk melakukan aliyah atau kembali ke Yerusalem. Selain karena perintah kepercayaannya, sejumlah pernyataannya tiga tahun silam membuat saya memahami, betapa sulitnya menjadi Yahudi ortodoks kalau masih di Indonesia.
“Hampir tidak bisa menjadi Yahudi ortodoks di Indonesia,” keluh Eli kala itu.
Makanan mereka harus halal atau kosher. Bagi Yahudi ortodoks yang sudah mempunyai anak juga akan kesulitan. Sebab, tak ada satu pun sekolah formal yang mengajarkan Yudaisme.