Baju Basah Demi Sekolah, Curhat Pilu Siswa Nias Seberangi Sungai Deras di Depan Wapres Gibran

Bangun Santoso Suara.Com
Minggu, 21 Desember 2025 | 22:10 WIB
Baju Basah Demi Sekolah, Curhat Pilu Siswa Nias Seberangi Sungai Deras di Depan Wapres Gibran
Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka berdialog dengan siswa SMKN 1 Boronadu, Nias Selatan, Sumatera Utara, Minggu (21/12/2025), perihal rencana pembangunan jembatan Sungai Gomo untuk akses berangkat sekolah. ANTARA/HO-Sekretariat Wakil Presiden.
Baca 10 detik
  • Siswa SMKN 1 Boronadu, Nias Selatan, mempertaruhkan nyawa menyeberangi Sungai Gomo demi akses pendidikan.
  • Wapres Gibran mengunjungi Nias Selatan pada Minggu (21/12/2025) untuk menanggapi isu viral tersebut.
  • Gibran memerintahkan pembangunan jembatan gantung 40 meter karena kebutuhan mendesak bagi 60 persen siswa.

Suara.com - Seragam putih abu-abu yang basah kuyup dan sepatu yang ditenteng di tangan sudah menjadi pemandangan lazim bagi para siswa SMKN 1 Boronadu, Nias Selatan.

Di hadapan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, mereka menumpahkan kisah perjuangan yang selama ini hanya menjadi jeritan sunyi, setiap hari mereka harus bertaruh nyawa menyeberangi Sungai Gomo yang berarus deras demi mengejar cita-cita di bangku sekolah.

Momen dialog yang mengharukan itu terjadi saat Wapres Gibran mengunjungi Nias Selatan, Sumatera Utara, pada Minggu (21/12/2025). Ia sengaja menemui para siswa yang keberaniannya sempat viral di media sosial dan televisi nasional, menyorot potret buram akses pendidikan di salah satu sudut negeri.

Dengan tatapan lurus, Gibran mencoba mengonfirmasi langsung cerita yang didengarnya dari warga.

"Kemarin saya banyak mendengar masukan dari penduduk di sekitar, terutama siswa-siswi ya, yang ada di sini. Ini yang berdiri di depan ini tiap hari menyeberang sungai?" tanya Wapres kepada barisan siswa yang berdiri tegar di hadapannya sebagaimana dilansir Antara.

Sebuah jawaban serempak dan mantap pun terdengar. "Iya (setiap hari menyeberangi sungai), Pak," jawab para siswa, seolah memadatkan perjuangan bertahun-tahun dalam satu kalimat singkat.

Rasa penasaran Gibran semakin dalam. Ia ingin memahami detail perjuangan yang tak terbayangkan itu. "Basah-basahan yang cowok-cowok juga? Sepatu dilepas dulu? Seragam basah?," tanyanya kembali.

Para siswa hanya bisa menjawab dengan anggukan kepala yang serempak, sebuah isyarat yang lebih dari cukup untuk menggambarkan realita pahit yang mereka hadapi.

Kepada Wapres, mereka bercerita bahwa semangat untuk belajar tak pernah surut, bahkan ketika Sungai Gomo sedang murka. Saat curah hujan tinggi, debit air meluap dan arus menjadi berkali-kali lipat lebih ganas. Namun, langkah kaki mereka tak pernah gentar untuk tetap berangkat ke sekolah.

Baca Juga: Gibran Turun Gunung ke Nias, Minta Jembatan 'Penyelamat' Siswa Segera Dibangun

Sebelum bertemu para pahlawan cilik itu, Gibran telah meninjau langsung titik lokasi di Desa Sifalago Gomo, tempat di mana sebuah jembatan gantung seharusnya berdiri.

Sungai Gomo bukan sekadar aliran air, melainkan urat nadi kehidupan warga sekaligus rintangan terbesar bagi para siswa SMKN 1 Boronadu. Di musim penghujan, sungai ini menjelma menjadi ancaman isolasi dan bahaya yang nyata.

Dalam peninjauannya, Wapres Gibran menegaskan bahwa pembangunan jembatan gantung sepanjang kurang lebih 40 meter bukanlah lagi sekadar wacana, melainkan sebuah kebutuhan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi.

"Pembangunan jembatan gantung Sungai Gomo merupakan kebutuhan mendesak untuk menjamin keselamatan warga, sekaligus meningkatkan akses pendidikan dan aktivitas ekonomi masyarakat," kata Gibran.

Ia memaparkan data konkret yang menunjukkan betapa krusialnya infrastruktur tersebut. Ketiadaan jembatan secara langsung menyandera masa depan pendidikan ratusan siswa.

“Ada sekitar 60 persen siswa SMKN 1 Boronadu yang berada di seberang jembatan, dan jika sungai meluap, ada sekitar 4 desa yang akan terisolir," katanya, menggarisbawahi skala masalah yang jauh lebih besar.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI