Suara.com - Kebocoran data milik pengguna sejumlah aplikasi di Indonesia nyatanya sudah sering terjadi sejak beberapa tahun lalu. Informasi pribadi yang dirampas itu membuat mereka khawatir lantaran bisa dijadikan ladang kejahatan cyber oleh pelaku.
Tak heran, publik pun mempertanyakan kinerja Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) yang dinilai paling bertanggungjawab atas bocornya informasi pribadi ini. Apalagi, kasus terbaru bocornya data nomor SIM pelanggan bukan yang pertamakalinya terjadi.
Nah, berikut daftar kasus kebocoran data di Indonesia, mulai dari data BPJS, sertifikat vaksin Presiden Jokowi hingga yang terbaru nomor kartu SIM ponsel.
1. Data BPJS
Kasus kebocoran data BPJS Kesehatan sempat heboh di Twitter pada Mei 2021. Tercatat sebanyak 279 juta data pengguna BPJS Kesehatan dijual di situs forum online Raidforums.com seharga 0,15 bitcoin atau sekitar Rp87,6 juta.
Lebih rinci, data ini terdiri dari nama lengkap, KTP, nomor telepon, email, gaji, hingga alamat. Akun tersebut juga memberikan 1 juta sampel untuk mengeceknya secara gratis dari total 279 juta data. Bahkan 20 juta data lainnya menampilkan foto pribadi.
2. Data BRI Life
Data pribadi milik sekitar 2 juta nasabah perusahaan asuransi BRI Life diduga telah bocor dan dijual di internet, demikian diwartakan Reuters Selasa (27/7/2021) lalu.
Hudson Rock, sebuah perusahaan keamanan siber yang berbasis di Israel, mengatakan mereka menemukan bukti bahwa beberapa komputer milik pegawai BRI dan BRI Life telah diretas.
Di antara data itu terdapat foto KTP, rekening bank, laporan hasil pemeriksaan laboratorium nasabah, bahkan hingga informasi tentang pajak nasabah.
Para peretas menjual data-data itu di forum online. Seorang anggota forum misalnya menjual 460.000 dokumen dari nasabah BRI Life seharga 7000 dolar atau sekitar Rp 101 juta.
3. Data eHAC
Akhir Agustus 2021, beredar kebocoran data 1,3 juta pengguna aplikasi eHAC milik Kementerian Kesehatan. Data yang terekspos mencakup nama lengkap, tanggal lahir, pekerjaan, foto pribadi, nomor induk kependudukan, nomor pasport, hasil tes Covid-19, identitas rumah sakit, alamat, nomor telepon dan beberapa informasi lainnya.
Menanggapi hal itu, Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Anas Ma'ruf, dugaan kebocoran data terjadi di aplikasi eHAC yang lama. Ia mengatakan aplikasi tersebut sudah tak lagi digunakan sejak 2 Juli 2021.
Kemudian, pada September 2021, pihak kepolisian telah menghentikan penyelidikan kasus tercecernya data-data pribadi pengguna eHAC. Polisi beralasan tidak ada data yang dirampas dari server aplikasi tersebut.