Kenapa baru sekarang?
Marvina Novianti juga mempertanyakan kenapa lonjakan kasus baru terjadi sekarang, padahal merek-merek obat sirup tersebut sudah eksis berpuluh-puluh tahun.
Dr Anis berpendapat, meski merek-merek itu sudah ada sejak lama, bukan berarti mereka selalu memakai pemasok bahan baku obat yang sama.
“Mungkin saja pemasok bahan baku obat mereka berubah, dan kadar etilen dan dietilen pada bahan baku propilen glikol dari si pemasok yang baru ini kadarnya lebih tinggi.”
Ia mengatakan, seharusnya perusahaan farmasi menjadi entry point pertama quality control kadar cemaran ini sebelum digunakan membuat obat.
“Fungsi pengawasan selanjutnya ketika produk obat sudah jadi tentu saja ada di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).”
BPOM sebelumnya mengatakan tidak pernah melakukan pengujian terhadap kadar etilen glikol dan dietilen glikol dalam obat-obatan.
“Sampai saat ini di dunia internasional belum ada standar yang untuk mengatakan untuk diuji. Itulah kenapa kita tidak pernah menguji karena memang belum dilakukan di dunia internasional pun … karena itu standar pengujian terhadap kedua kandungan tersebut akan dikembangkan, sehingga menjadi bagian dari sampling rutin BPOM.”
“Saya mengapresiasi ukuran yang telah ditetapkan BPOM untuk menjaga industri farmasi dan memastikan produk yang aman,” tutur Dr Anis.
Ia juga berharap BPOM tetap konsisten mengawasi tanpa harus ada insiden terlebih dahulu.
Baca Juga: Deteksi Dini Gagal Ginjal Akut, Orang Tua Harus Rutin Cek Popok Balita
Dr Anis juga mengingatkan, batas ambang batas aman dalam obat sirop sangat berkaitan dengan dosis yang diminum.
“Ia hanya aman jika diminum sesuai aturan atau dosis yang disarankan.”
"
“Jadi meskipun dokter menyarankan boleh mengonsumsi paracetamol setiap 4 jam, mungkin untuk saat ini jangan dulu mengambil risiko dan tetap minum 3 kali sehari saja … sebab yang dikonsumsi bukan paracetamol murni, melainkan paracetamol yang sudah dilarutkan dan mengandung kontaminan tadi.”
"
Untuk menangani pasien gagal ginjal akut karena keracunan etilen glikol, sebanyak 26 vial obat Fomepizole, antidotum atau penawar untuk mengobati keracunan metanol dan etilen glikol dari Australia dan Singapura telah didatangkan pekan ini.