Di sekolah hutan, para orang utan rehabilitasi, termasuk Astui, akan belajar keterampilan bertahan hidup di alam bebas seperti seharusnya orang utan. Mereka harus pintar memilih pakan, pandai membuat sarang untuk bisa lulus sekolah hutan dan masuk daftar pelepasliaran.
"Masa sekolah hutan bisa relatif sekali. Ada orang utan yang masih punya naluri liar yang besar, maka segera saja dia sudah bisa dilepasliarkan. Ada yang mungkin seperti Astuti ini yang belajar dari nol, termasuk bagaimana belajar bagaimana cara memanjat," kata Daniek menjelaskan.
Dari pengalaman, diperlukan tak kurang dari 6-7 tahun untuk bisa mencapai keterampilan memilih pakan dan membuat sarang, juga mengenal bahaya, agar para orang utan bisa hidup selamat di alam.
Hendak Dikirim Ke Filipina
Kepala BKSDA Sulawesi Utara, Askhari Masiki, menduga seandainya tidak tertangkap di Gorontalo, ada kemungkinan itu anak orang utan Astuti akan terus sampai ke Filipina.
Di Filipina, anak orang utan seperti Astuti, akan dipelihara sebagai pet atau hewan peliharaan seperti anjing atau kucing. Memelihara hewan eksotis memberi derajat sosial tersendiri bagi pemiliknya.
“Tapi bagaimana pun juga, orang utan itu hewan liar, yang hidupnya adalah mandiri di alam, bukan bersama manusia di rumah,” kata Kepala BKSDA Kalimantan Timur, M Ari Wibawanto, pada kesempatan yang sama.
Dalam perjalanan pulang ke Kaltim, Astuti ditempatkan dalam kandang berupa pelat aluminium seukuran panjang satu meter, lebar 70 cm dan tinggi 70 cm. Astuti memandang lewat jendela berjeruji. Matanya yang bundar hitam seperti memperhatikan dan mencoba mengenali siapa dan apa saja yang ada di selasar fasilitas kargo Bandara Sepinggan di Balikpapan.
“Sepertinya kondisinya cukup stabil, jadi kami bisa lanjut ke Berau segera,” kata Daniek. Pemeriksaan dokter hewan memastikan Astuti mendapat makan malam buah-buahan yang cukup. Pukul 21.00 Wita, kargo spesial itu sudah di atas bak pickup 4X4 dan melaju di jalan tol Balikpapan-Samarinda. (Sumber: Antara)
Baca Juga: Usai Masuk ke Pemukiman Warga, Orang Utan di Karo Mati dengan Kondisi Tulang Punggung Retak