Di bawah kepengurusan Iwan Bule, baru digelar satu kali kursus Pro AFC. Ini membuat banyak pelatih tak bisa menangani klub profesional, apalagi pelatih lokal kurang dipercaya oleh klub. Oleh karenanya, PSSI harus bisa menggalakkan lagi kursus kepelatihan.
Perbaikan Kompetisi Usia Muda
PSSI sudah menggulirkan Elite Pro Academy dari usia 15 hingga 19 sejak era kepengurusan Edy Rahmayadi. Tapi sayangnya jumlah kompetisi yang dipertandingkan sangat minim.
Kekurangan biaya menjadi kendala, terlebih belum semua klub kasta tertinggi punya tim usia muda. Sejumlah tim baru membentuk tim usia saat ada kompetisi kemudian membubarkannya seusai liga.
Kondisi klub yang tidak punya tim usia muda ini berkaitan dengan fakta klub yang tidak punya lapangan latihan sendiri. Hal itu diperparah dengan klub yang belum menjadikan tim usia muda sebagai kewajiban sebuah tim profesional. Kondisi itu juga berlaku untuk kompetisi sepak bola putri.
Kantor PSSI
PSSI termasuk sebagai organisasi miskin karena hingga kini tidak punya kantor sendiri meski ada sumber pemasukan. Selain itu PSSI juga tidak memiliki training center untuk Timnas Indonesia. PSSI bergantung pada PPKGBK untuk mengelola salah satu lapangan di komplek olahraga selama bertahun-tahun.
Situasi tersebut membuat pelatih asing yang didatangkan PSSI mengeluh. Pada awal kedatangannya pelatih-pelatih itu kaget karena PSSI tak punya fasilitas penunjang untuk mencipta prestasi Timnas Indonesia.
PSSI lebih memilih jalan pintas melakukan pemusatan latihan di luar negeri selama bertahun-tahun ini. Untuk biaya yang menghabiskan miliaran rupiah itu dananya ada, tapi untuk membangun lapangan latihan tidak.
Kontributor : Trias Rohmadoni