Kelakuan Bejat Anak Pejabat, Pamer Harta Berujung Petaka

Bangun Santoso Suara.Com
Senin, 27 Februari 2023 | 05:35 WIB
Kelakuan Bejat Anak Pejabat, Pamer Harta Berujung Petaka
Mario Dandy Satriyo saat dihadirkan sebagai tersangka penganiayaan terhadap David di Mapolres Metro Jakarta Selatan. (ANTARA)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Kendati demikian, Direktorat Jenderal Pajak secara resmi belum menerima surat pengunduran diri dari Rafael.

Dalam suratnya itu, Rafael juga menyampaikan permohonan maaf kepada keluarga David atas ulah yang dilakukan anaknya, Mario Dandy. Ia juga meminta maaf kepada keluarga besar NU, GP Ansor dan Banser serta kepada masyarakat Indonesia.

"Saya juga meminta maaf kepada seluruh pegawai Kementerian Keuangan, terutama rekan-rekan DJP yang sudah sangat dirugikan atas kejadian ini," tulis Rafael dalam suratnya.

"Bersama ini, saya Rafael Alun Trisambodo menyatakan pengunduran diri atas jabatan dan status saya sebagai Aparatur Sipil Negara Direktorat Jenderal Pajak mulai Jumat 24 Februari 2023. Saya akan mengikuti prosedur pengunduran diri di Direktorat Jenderal Pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Saya tetap akan menjalani proses klarifikasi mengenai Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) dan mematuhi proses hukum yang berlaku atas kejadian yang dilakukan anak saya," sambungnya.

Hedonisme Dan Sikap Ingin Dihormati

Sementara itu, sosiolog Universitas Nasional (Unas), Sigit Rochadi mengatakan, aksi Mario Dandy menganiaya David tak ada korelasinya dengan kekayaan yang dimilik orang tuanya selaku pejabat pajak.

Sigit juga melihat, perilaku pamer harta atau hedonis yang diperlihatkan Mario Dandy lewat media sosialnya adalah bagian dari perilaku bersenang-senang sebagai pemilik barang mewah.

Namun, dengan perilaku hedonis itu, kata dia, karena memiliki barang mewah, maka dia ingin dihormati oleh orang lain yang dikehendaki.

"Orang lain yang statusnya lebih rendah, yang dalam hal ini kekayaannya lebih rendah, yang prastisnya lebih rendah itu harus bersikap hormat kepada orang-orang itu," kata Sigit kepada Suara.com baru-baru ini.

Baca Juga: Penampakan Kos Mewah Diduga Milik Mario Dandy, Isinya Bikin Geleng-geleng, Segini Harganya

Menurut Sigit, hedonisme biasanya melanda orang di generasi kedua atau ketiga dalam susunan keluarga. Di mana kekayaannya diperoleh tanpa proses perjuangan. Misalnya, anak orang kaya raya atau cucunya orang kaya raya.

"Jadi kalau orang-orang bercucuran keringat, orang-orang bercucuran air mata, meskipun dia kaya, dia tidak berperilaku hedonis. Jadi hedonis itu ditunjukkan oleh generarasi kedua atau generasi ketiga," katanya.

Sigit juga melihat, perilaku hedonis adalah cara bagi seseorang meraih status sosial, ingin dihargai dan dihormati oleh orang-orang di sekitarnya. Maka, barang mewah menjadi simbol status sosial.

Imbasnya, jika harga dirinya merasa tersinggung atau terkoyak meski hanya masalah kecil. Biasanya orang-orang hedonis itu bisa melakukan tindakan yang brutal.

"Dia tidak bisa mengendalikan diri, karena harga dirinya tercoreng, karena statusnya tidak dihormati, dan untuk memperlakukan orang seperti itu, membalasnya dia melakukan tindakan kekerasan," tutur Sigit.

Hedonis Ada Sejak Dulu

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI