Menanggapi hal ini Chew justru memberi contoh penggunaan Tiktok di tempat tinggalnya di Singapura. Di negara tersebut tidak ada versi Tiktok untuk pengguna di bawah usia 13 tahun.
3. Konten Dianggap Tidak Ramah Anak
Sudah sejak lama Tiktok menghadapi tuduhan bahwa konten-konten mereka tidak ramah anak. Riset dari Pew Research Center menunjukkan 67 persen remaja berusia 13 hingga 17 tahun di AS adalah pengguna aktif Tiktok. Bahkan 16 persen di antaranya menggunakan sosial media tersebut secara terus menerus.
Kendati demikian, Chew menyebutkan masalah-masalah tersebut bisa diatasi karena Tiktok kini menyediakan fitur pembatas waktu. Pembatasan pengguaan dapat diaktifkan bagi anak-anak berusia di bawah 18 tahun.
4. Pembelian Saham oleh Amerika Serikat
Presiden Joe Biden memberi syarat penjualan saham ke Amerika Serikat apabila Tiktok masih ingin beroperasi di Amerika Serikat. Namun ByteDance masih menolak permintaan tersebut dengan alasan penjualan saham akan diikuti oleh ekspor teknologi yang harus memperoleh persetujuan terlebih dahulu dari pemerintah.
5. Banyak Negara yang Berencana Blokir Tiktok
Amerika Serikat bukan satu-satunya negara yang gencar berkampanye soal pelarangan Tiktok. Sebelumnya, India pernah melarang Tiktok di musim panas 2020 menyusul bentrokan perbatasan India-China.
Akibatnya lebih dari 200 juta pengguna India tak bisa lagi mengakses Tiktok. Amerika Serikat, Kanada, dan Inggris melarang penggunaan aplikasi dari perangkat pemerintah.
Baca Juga: Bikin Warganet Curiga, Irish Bella Tak Lagi Pasang Nama Ammar Zoni di Akun TikTok
Kontributor : Nadia Lutfiana Mawarni