Ingin Cepat Kaya Berujung Maut di Tangan Dukun Dusta

Erick Tanjung Suara.Com
Jum'at, 07 April 2023 | 17:56 WIB
Ingin Cepat Kaya Berujung Maut di Tangan Dukun Dusta
Tersangka Dukun Slamet Tohari atau ST saat ditanya nama korban yang dikubur usai diracun. [Suara.com/Citra Ningsih]

"Kemudian ditambah kuatnya jaringan untuk membuat tertarik korban. Maka faktor eksternal (keluarga yang menasehati) akan kalah," ucapnya.

Pola pikir terhadap keyakinan magis yang saat ini masih mengakar, menurutnya sebagai relevansi bisa dengan edukasi informal. Menurut Masrukin, edukasi informal bisa kebih efektif daripada formal.

"Saat ini lebih pada ke edukasi dalam sistem pendidikan informal. Jadi bukan hanya pendidikan perguruan tinggi dan sebagainya, tapi bisa melalui dari informal. Misalnya edukasi mulut ke mulut saya rasa itu lebih efektif," terangnya.

Kaus ini pada akhirnya menjadi tanggung jawab dari pihak pendidikan dan penegak hukum. "Ya syock terapi. Sebab hal ini secara ilmu tidak masuk akal dan secara hukum itu salah," jelasnya.

Kediaman Mbah Slamet di Banjarnegara, Jawa Tengah. (Suara.com/Citra Ningsih)
Kediaman Mbah Slamet di Banjarnegara, Jawa Tengah. (Suara.com/Citra Ningsih)

Selain pada pola pikir, ia juga menemukan fakta tentang kecanggihan metode jaringan si Dukun. Hingga pada akhirnya banyak korban yang termakan umpannya dan terjerat.

"Dia (PO) punya feling ketika menagih bahwa ada yang tidak beres, hanya saja dia sudah terlanjur mengeluarkan Rp 70 juta karena sudah masuk jaringan. Metode dukun ini canggih, dengan komunikasi persuasif dan melakukan tawaran sampai di titik orang itu percaya. Tapi intinya tersangka ini memanfaatkan makro situasi yang tidak stabil sehingga mudah tergoda untuk melakukan tidak rasional,"jelasnya.

Keinginan ‘Kaya’ Instan

Kriminolog Universitas Indonesia Adrianus Meliala menilai kejahatan semacam ini timbul karena masih banyaknya masyarakat yang ingin memperoleh kekayaan dengan cara instan. Keinginan semacam ini menurutnya sudah ada sejak berabad yang lalu. Bahkan, di era kekinian atau 4.0 keinginan semacam itu nyatanya masih ditemukan. 

"Jadi jangan dikatakan bahwa pada era 4.0 lalu tidak ada keinginan seperti itu," kata Adrianus kepada Suara.com, Kamis, 6 April kemarin.

Baca Juga: INFOGRAFIS Fakta-fakta Kekejaman Mbah Slamet Si Dukun Pengganda Uang dari Banjarnegara

Adrianus menjelaskan, keinginan masyarakat memperoleh kekayaan secara instan itulah yang kemudian dimanfaatkan oleh para pelaku kejahatan penipuan seperti Aki Wowon Cs dan Mbah Slamet. Bermodal kecakapan komunikasi dan segala tipu dayanya, beberapa orang dengan keinginan besar menjadi kaya tersebut akhirnya terperangkap. 

"Saya kira tidak ada kaitannya dengan sistem kepercayaan, ini lebih dorongan manusiawi untuk cepat kaya. Dorongan itu sebenarnya disadari sebagai menyimpang. Buktinya tamu-tamu dukun itu datang diam-diam dan tidak ada orang kampung yang melihat," ujar Adrianus. 

"Ini penipuan saja kok. Namun bungkusnya klenik dan ditambah kekerasan yang dilakukan secara terencana," sambungnya. 

Sementara cara Mbah Slamet mengubur korban di lahan miliknya dinilai Adrianus hanyalah cara untuk menghilangkan jejak kejahatannya. Hal ini diduga olehnya telah dipikirkan Mbah Slamet secara terencana. 

"Karena milik sendiri tentu bebas dipakai untuk apa saja," tuturnya. 

Menurut Adrianus, kejahatan semacam ini mungkin bisa dihindari apabila masyarakat memilik tingkat skeptis yang tinggi. Khususnya tidak mudah percaya dengan unggahan di media sosial yang menggiurkan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI