Jejak Penyadapan Software Israel di Indonesia Menyasar Oposisi

Tim Liputan Khusus Suara.Com
Selasa, 13 Juni 2023 | 12:18 WIB
Jejak Penyadapan Software Israel di Indonesia Menyasar Oposisi
Ilustrasi alat mata-mata Israel di Indonesia. [Suara.com/Emma]

Padahal, kecepatan internet di rumahnya berkapastis 25 Mbps, termasuk cukup kencang. Selain itu, telepon selulernya juga kerap berdering dari seseorang yang tak dikenal.

"Ada yang aneh dari HP saya," kata Busro kepada IndonesiaLeaks baru-baru ini.

Busyro mengungkapkan, hal itu sering terjadi saat dia menyuarakan penolakan revisi Undang-Undang KPK pada September 2019 lalu. Peristiwa itu dikenal dengan aksi ReformasiDikorupsi, sebuah gerakan masyarakat sipil yang tak hanya menuntut penolakan revisi KPK, melainkan juga penolakan terhadap pengesahan RUU KUHP.

Tak hanya Busyro, Eks Wakil Ketua KPK Bambang Widjajanto juga mengalami hal serupa. Ia malah mendapat kiriman undangan dalam bentuk PDF di akun WhatsApp. Ketika Bambang mencoba mengunduh dokumen tersebut, ponselnya malah mengalami gejala yang sama seperti dialami oleh Busryo.

Salah satu eks pegawai KPK, Rosman,-bukan nama sebenarnya, mencoba melakukan digital forensik terhadap ponsel milik Bambang. Dari hasil forensik itu diketahui bahwa file PDF yang diterima ternyata berjenis file apk atau aplikasi.

Menurutnya, aplikasi itu dapat merusak celah keamanan, merekam, mengambil data, bahkan mengacaukan percakapan pesan WhatsApp pemilik akun. Mendapati adanya malware itu, Ruslan meminta izin kepada Bambang untuk mengembalikan pengaturan ponselnya seperti bawaan pabrik.

"Sekarang sudah nggak ada lagi," ujarnya saat ditemui IndonesiaLeaks di kantornya awal Maret lalu.

Tak hanya orang per orang, serangan tersebut pun bisa dilakukan secara 'berjemaah' seperti yang dialami puluhan jurnalis NarasiTV.

Tercatat ada 30 karyawan NarasiTV mengalami serangan digital pada 26 September 2022 lalu. Serangan tersebut bermula dari panggilan telepon yang masuk ke produser Narasi, Jay Akbar. Saat panggilan tersebut ia angkat, tak ada respons sama sekali dari penelepon.

Baca Juga: Melacak Jejak Bawah Tangan Pegasus 'Senjata Pembungkam Massa' di Indonesia

Tak lama berselang, peristiwa seperti yang dialami Sasmito, Busyro dan Bambang Widjojanto juga terjadi. Akun WhatsApp-nya diretas dan kemudian merambat ke rekannya lainnya.

Serangan siber tersebut diduga karena liputan NarasiTV yang memberitakan gaya hidup mewah polisi. Menurut Jay, setelah pemberitaan itu muncul, teleponnya kerap berdering namun tak ada respons saat diangkat.

Tak hanya serangan terhadap individu, Narasi TV juga kena serangan Distributed Denial of Service (DD0S) atau penolakan layanan secara terdistribusi yang menimpa portal media.

Efeknya, Narasi TV alami kerugian. Mereka tak dapat memproduksi dan menayangkan berita, sehingga layanan akses informasi kepada publik terhambat.

Lantaran kejadian itu, Narasi TV didampingi Aliansi Jurnalis Independen (AJI) dengan kuasa hukum LBH Pers melapor ke Bareskrim Polri dengan Nomor STTL/365/IX/2022/BARESKRIM pada 30 September 2022.

Tak hanya itu, Jay Akbar secara pribadi sebagai awak redaksi Narasi juga melaporkan PT Telkomsel Indonesia ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada Jumat, 10 Februari 2023.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI