Kemenangan Wilders di Belanda, demikian menurut sejumlah analis, menunjukkan semakin populernya gagasan yang diusung kelompok kanan garis keras di Eropa. Sebelumnya rakyat Italia juga memilih Giorgia Meloni, politikus anti imigran sebagai Perdana Menteri.
Sementara itu, demikian dilansir dari BBC, kemenangan Wilders disambut gembira oleh Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban yang dikenal sebagai nasionalis garis keras dan politkus sayap kanan Prancis, Marine Le Pen.
Wilders sendiri sering dijuluki sebagai Donald Trump-nya Belanda. Ia dikenal dengan pidato-pidatonya yang menyudutkan Islam dan menyalahkan para pendatang sebagai biang masalah di Belanda.
Pada 2016 silam, ia pernah dihukum karena terbukti melakukan diskriminasi karena memimpin demonstrasi untuk mengusir pendatang asal Maroko dari Belanda. Ia pernah mengatakan bahwa Quran sama dengan buku Hitler Mein Kampf, karenanya harus dilarang beredar.
Sementara pada 2008 ia pernah mengatakan bahwa Islam adalah "buah dari kebudayaan terbelakang" dan menyebut pendatang asal Maroko sebagai "sampah".
Meski demikian dalam pemilu baru-baru ini, Wilders dinilai mulai mengurangi penghinaan serta kritiknya terhadap Islam demi meraih simpati dan agar bisa membentuk pemerintahan dengan partai lain.
Tetapi manifesot PVV, partai tempat Wilders bernaung, dengan tegas mengatakan bahwa "Islam harus berkurang dari Belanda" dan untuk mencapai cita-cita itu, maka para pendatang non-Barat harus dilarang msuk ke Belanda dan kebijakan pemberian suaka harus dihentikan total.
PVV juga mendukung gagasan agar Belanda keluar dari Uni Eropa, mengikuti jejak Inggris pada 2020 silam.
Baca Juga: Banyak Aksi Perobekan hingga Pembakaran Alquran di Eropa, Apa Sebabnya?
Selain itu Wilders juga mirip dengan Trump dalam kebijakan luar negeri. Ia menggaungkan semboyan "Netherlands First" dan berjanji akan menghentikan bantuan militer ke Ukraina, yang kini diinvasi Rusia, jika menjadi penguasa Belanda.