Keterbatasan warga untuk mendapat pakaian kian menjadi tatkala Israel memberlakukan pengepungan ketat di Gaza pada awal konflik. Negeri zionis itu hanya mengizinkan masuknya sejumlah pasokan kemanusiaan. Alhasil, barang-barang biasa seperti pakaian menjadi terbatas.
"Penyeberangan perbatasan telah ditutup selama beberapa waktu. Pakaian siap pakai tidak masuk. Begitu pula dengan kain atau apa pun. Kami memutuskan untuk membuka pabrik ini di rumah kumuh ini agar bisa berproduksi untuk masyarakat," katanya.
Seorang penjahit di pabrik tersebut, Sami Hassouna memgaku terpaksa tinggalkan rumahnya dan berlindung di kawasan dekat Universitas Al-Aqsa sekitar satu jam perjalanan.
"Kami mengambil mesin, kain dan jarum, semuanya kami ambil dari bawah reruntuhan. Tapi kita butuh kesinambungan dan ini perlu masuknya bahan baku baru," ujarnya.