"Ini karena PDIP hanya memiliki 21 kursi DPRD Jatim. PDIP kalah kursi dengan PKB yang punya 27 kursi. Kedua partai ini harus menyelesaikan problem ini dulu. Atau dengan kehadiran NasDem ini diharapkan bisa mencairkan kebekuan komunikasi politik PKB dan PDIP,” Mochtar menambahkan.
Kekinian Mochtar belum bisa menjawab secara gambalang saat ditanya siapa tokoh yang bisa mengimbangi Khofifah-Emil. Ini dikarnekan PDIP dan PKB belum bersatu terkait saiapa yang akan diusung sebagai Cagub.

"Semisal, PDIP jadi nomor satu, itu bisa diinventarisir. Dalam pilkada, figur nomor satu itu yang menentukan. Sejauh ini PKB kan belum clear. Tapi dalam politik Indonesia, banyak manuver yang mungkin terjadi,” kata dia.
Survei Kompas
Sebelumnya berdasarkan survei Litbang Kompas periode Juni 2024, elektabilitas Khofifah mencapai 26,8 persen. Lalu, disusul oleh Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini dengan 13,6 persen.
Sementara itu, dua nama lainnya, yakni Emil Elestianto Dardak dan Saifullah Yusuf hanya dipilih kurang dari empat persen responden. Masing-masing 3,8 persen dan 1,8 persen.
Kemudian muncul juga nama mantan Ketua Tanfidziyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur, KH Marzuki Mustamar dan Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi.
Namun, elektabilitas keduanya tidak mencapai satu persen. Eri Cahyadi mendapat 0,8 persen. Sedangkan, KH Marzuki Mustamar hanya memeroleh 0,4 persen.
Meski demikian dalam survei ini ada sebanyak 51 persen responden tidak menjawab atau menjawab tidak tahu. Hal itu disampaikan peneliti Litbang Kompas Yohan Wahyu.
Baca Juga: Litbang Kompas Pilgub Jatim 2024: Khofifah dan Risma Kuasai Hasil Survei