Suara.com - Santo Sede, Stato della Citta del Vaticano atau The Holy See adalah negara terkecil di dunia. Sebagaimana diinformasikan The American Association of Collegiate Registrars and Admissions Officers atau AACRAO.org.
Negeri ini secara informal dikenal sebagai Kota Vatikan. The Holy See atau Takhta Suci adalah sebuah daerah kantong di Kota Roma, Italia.
Sebagai negara terkecil di dunia, populasinya hanya 824 jiwa. Dengan penutur terbanyak bahasa Italia, Latin, dan Prancis. Mayoritas warganya bekerja di organisasi dan kelembagaan religius.
Selama hampir 1.000 tahun, para Paus Gereja Katolik Roma memimpin wilayah Italia yang disebut sebagai Negara Kepausan.
![Sri Paus Fransiskus dalam Apostolic Jorney ke Budapest Hungaria, 2023 menggunakan pesawat Alitalia [Instagram @franciscus]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2024/08/30/98692-sri-paus-fransiskus-apostolic-journey-2023-instagram-suaradotcom-02.jpg)
Sampai wilayah ini ditaklukkan Kerajaan Italia yang baru pada pertengahan abad ke-19.
Sebagai hasil dari Tiga Perjanjian Lateran yang ditandatangani pada 11 Februari 1929, negara merdeka Vatikan City didirikan.
Perjanjian ini juga memberikan wewenang kepada Takhta Suci atas 23 situs di Roma dan lima situs di luar Roma, termasuk Istana Kepausan di Castel Gandolfo. Atau dalam Bahasa Latin disebut sebagai Castrum Gandulphi. Berlokasi sekira 30 km tenggara Kota Roma.
Meski pun kecil, Takhta Suci Vatikan memiliki peran penting di masa Indonesia merebut kemerdekaan dari penjajahan asing.
Sebagaimana dipaparkan Uskup Agung Jakarta, Ignatius Kardinal Suharyo Hardjoatmodjo, “Indonesia memiliki hubungan baik dengan Vatikan sejak lama. Pada 1947, sudah ada perwakilan Vatikan di Indonesia. Sekarang menjadi Kedutaan Besar.”
Baca Juga: Rekor: 700 Jurnalis Nasional dan Luar Negeri Meliput Sri Paus, Umat Katolik Indonesia Daraskan Doa
![Patung para Paus di gedung utama Apostolic Nunciature Holy See atau Takhta Suci Vatikan di Jakarta [CNR ukirsari]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2024/09/01/30379-apostolic-nunciature-vatican-holy-see-jakarta-suaradotcom-cnr-ukirsari-01.jpg)
Kilas balik bisa disimak di film Soegija, yang diputar pada 2012, di mana Mgr. Albertus Soegijapranata, S.J, Uskup Agung Semarang, saat itu tengah menulis.
“Yang beliau tulis adalah permintaan kepada pimpinan gereja Katolik di Vatikan, agar secepatnya mengakui Kemerdekaan Republik Indonesia,” lanjut Ignatius Kardinal Suharyo.
Beliau menyatakan bahwa kehadiran Paus Fransiskus di negeri kita pada 3-6 September 2024 adalah ingin meneguhkan hubungan baik kedua negara, Indonesia dan Vatikan.
“Juga ingin meneguhkan perkembangan Gereja Indonesia. Semboyan Faith, Fraternity, Compassion (yang menjadi motto Sri Paus Fransiskus ke Indonesia) bukan hanya drop-dropan dari Vatikan, namun usul dari Konferensi Waligereja Indonesia. Semboyan ini adalah cerminan dari dinamika Gereja Indonesia,” demikian disampaikan Uskup Agung Jakarta ini.
“Paus ingin menghargai bangsa kita. Juga komunitas-komunitas lintas agama, menghargai dan mendorong persaudaraan seperti ini terus dirawat dan dikembangkan,” tukasnya.
Itulah yang menjadi salah satu alasan kedatangan Sri Paus Fransiskus. Vatikan menghargai keberagaman agama dan terdapat bagian tersendiri dalam organisasinya yang memberikan perhatian terhadap agama-agama lain di dunia.