Suara.com - Penolakan terhadap Gibran Rakabuming Raka untuk dilantik menjadi wakil presiden kini semakin menguat.
Para tokoh politik bersatu untuk meminta Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) membatalkan pelantikan Gibran menjadi wapres.
Hal ini lantaran Gibran sudah dianggap tidak memenuhi syarat sebagai seorang pemimpin negara, dalam hal ini wapres.
Salah satu penolakan keras itu datang dari seorang Refly Harun. Ia bahkan secara berulang kali mengatakan bahwa Gibran sudah melakukan perbuatan tercela sehingga tidak pantas untuk dilantik.
Baca Juga: 4 Keistimewaan Try Sutrisno yang Sempat Tak Disalami Jokowi, Bisa Menangkal Hujan
“Dia sudah melakukan perbuatan tercela, yang seharusnya membuat dia tidak lagi memenuhi syarat untuk dilantik sebagai wakil presiden,” ujar Refly, dikutip dari kanal youtube Refly Harun, Rabu (9/10/24).
Refly kemudian memperkuat statementnya dengan berbagai macam pendapat dari ahli politik, Dokter Tifa.
“Ada ahli Dokter Tifa mengatakan bahwa sangat mungkin Gibran ini menderita beberapa penyakit kejiwaan,” ungkapnya.
Menurut Dokter Tifa, Gibran diduga mengidap gangguan kejiwaan serius, termasuk gejala Skizofrenia, obsesif kompulsif, psikopat dan adiksi seks.
“Skizofrenia kerusakan jiwa yang akut dan parah, kemudian psikopat, ngeri ini,” ujar Refly.
Baca Juga: Gibran Sebut Susunan Kabinet Hampir 100 Persen, Gerindra: Sudah Mulai Ada Yang Dipanggil
“Dokter Tifa mengatakan ini orang yang sudah mengalami gangguan jiwa, apalagi dia lihat matanya gitu kan,” tambahnya.
Refly kemudian mengatakan bahwa sempat melihat Gibran belakangan ini dalam momen Hari Ulang Tahun TNI ke-79. Waktu itu Gibran terlihat sayu dengan keadaan kantung mata yang turun bergelambir.
“Kalau dia coba lihat, gelambir matanya kemarin waktu 5 Oktober hari TNI, bayangkan anak umur 37 tahun matanya sudah turun banget kan,” ujarnya.
“Kenapa? Bisa jadi dia tidak bisa tidur setiap saat,” tambahnya.
Refly sontak mengatakan bahwa hal ini semakin memperlihatkan pikiran Gibran Tengah bergejolak perang dengan batinnya sendiri. Dimana ia mencoba mencari celah untuk berbohong menutupi kebohongan lainnya.
“Bagaimana mungkin dia bisa memimpin kita? Memimpin dirinya saja dia sudah bermasalah,” tegasnya.
Kontributor : Kanita