Selain itu, keyakinan mereka mencakup konsep tiga alam, yaitu Buana Nyungcung (alam tertinggi tempat Sang Hyang Kersa bersemayam), Buana Panca (alam manusia), dan Buana Larang (alam neraka).
Tradisi Sunda Wiwitan mengajarkan pentingnya hubungan harmoni antara manusia dan alam. Di setiap ritual, pesan pelestarian lingkungan selalu ditekankan, termasuk pemanfaatan air secara bijak dan menjaga kelestarian hutan.
Hal ini tercermin dalam kehidupan sehari-hari masyarakat penganut kepercayaan ini, seperti yang terlihat di Baduy, yang tetap menjaga prinsip hidup sederhana tanpa merusak ekosistem.
Sejarah dan Persebaran
Kepercayaan Sunda Wiwitan telah ada sejak ratusan tahun lalu, diwariskan oleh leluhur suku Sunda. Nama seperti Pangeran Madrais disebut sebagai tokoh penting yang memperkenalkan ajaran ini.
Meski kini sebagian masyarakat Sunda Wiwitan telah berasimilasi dengan agama lain, tradisi ini tetap dipertahankan sebagai warisan budaya yang kaya nilai.
Dengan keunikannya, tradisi Sunda Wiwitan menjadi salah satu kekayaan budaya Indonesia yang layak dilestarikan. Warisan leluhur ini tidak hanya memperkuat identitas masyarakat Sunda, tetapi juga menjadi pengingat pentingnya menjaga keharmonisan antara manusia, alam, dan Sang Pencipta.