Rocky mengungkapkan bahwa keterlibatan akademisi dalam gerakan ini menjadi sinyal kuat bahwa ada persoalan serius yang tidak bisa lagi diremehkan oleh pemerintah.
"Saya senang akhirnya dosen-dosen betul-betul turun untuk membantu discourse 'Indonesia gelap' ini melalui kajian akademis. Seruan Salemba Kedua ini penanda atau lonceng yang menunjukkan keterlibatan para dosen untuk ikut membantu gerakan mahasiswa," tegasnya.
Rocky memperingatkan bahwa jika situasi ini terus diabaikan, maka gerakan ini bisa berkembang lebih luas dengan melibatkan komunitas profesor dan akademisi senior lainnya.
"Tinggal tunggu satu putaran lagi ketika para profesor, kan ada juga komunitas guru besar, yang akan datang dengan ide yang sama. Tapi sebelum para profesor datang, gerakan ini pasti akan meluas. Gerakan millennials, gerakan Gen Z, itu akhirnya terbentuk," ujarnya.
Rocky juga mengkritik respons pemerintah yang dianggap sekadar melakukan counter-narasi tanpa memberikan argumentasi yang berbobot.
"Juru-juru bicara istana, komunikator istana jadi kelihatan dungu di kalangan mahasiswa karena hanya mampu meng-counter dengan headline. Padahal kajian mahasiswa didasarkan pada analisis panjang dan meliputi pengetahuan mereka," ujarnya.
Dengan semakin kuatnya tekanan dari akademisi dan mahasiswa, pemerintahan dituntut untuk segera merespons secara substantif, bukan sekadar retorika.
Seiring berkembangnya gerakan ini, kemungkinan munculnya gelombang protes yang lebih besar di masa mendatang semakin terbuka lebar.
Reporter : Kayla Nathaniel Bilbina
Baca Juga: Rocky Gerung: Prabowo Mulai Diisolasi, Cawe-cawe Jokowi Masih Kuat di Kabinet