“Hamas bisa memperpanjang gencatan senjata dengan membebaskan sandera, tetapi memilih perang,” kata juru bicara Gedung Putih, Brian Hughes.
Sementara itu, saksi mata di Gaza melaporkan tank-tank Israel menembaki wilayah Rafah, memaksa banyak keluarga mengungsi ke Khan Younis.
Serangan ini terjadi setelah negosiasi di Doha antara Israel dan Hamas, yang dimediasi oleh Mesir dan Qatar, gagal memperpanjang gencatan senjata.
Gencatan senjata awal telah memungkinkan pembebasan 33 sandera Israel dan lima warga Thailand dengan imbalan sekitar 2.000 tahanan Palestina.
Namun, Hamas bersikeras pada penghentian permanen perang dan penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza, sementara Israel menuntut pembebasan semua sandera yang tersisa untuk gencatan senjata jangka panjang.
Konflik ini, yang meletus pada 7 Oktober 2023 setelah serangan Hamas ke Israel yang menewaskan 1.200 orang dan menyandera 251 lainnya, telah menyebabkan lebih dari 48.000 kematian di Gaza, menurut otoritas Palestina.
Sebagian besar wilayah Gaza kini hancur, dengan sistem rumah sakit dan infrastruktur lumpuh akibat pemboman selama 15 bulan.
Hamas Tuduh Israel Korbankan Sandera dengan Serangan Militer di Gaza
Seorang pejabat tinggi Hamas, Izzat al-Rishq, menuduh Israel sengaja mengorbankan sandera yang masih ditahan di Jalur Gaza dengan melancarkan kembali operasi militer besar-besaran pada hari Selasa.
Serangan tersebut mengakhiri periode relatif tenang yang berlangsung sejak gencatan senjata pada bulan Januari lalu.
Baca Juga: AS Akui Israel Minta Pendapat Gedung Putih soal Serangan Mematikan Terbaru di Gaza
Dalam pernyataannya, al-Rishq menyebut keputusan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk memulai kembali perang sebagai “keputusan untuk mengorbankan tawanan pendudukan dan menjatuhkan hukuman mati kepada mereka.”
Ia juga menuding Netanyahu menggunakan konflik ini sebagai “sekoci penyelamat” politik untuk mengalihkan perhatian dari krisis internal yang dihadapi pemerintahannya.
Serangan militer Israel yang dimulai Selasa pagi dilaporkan menewaskan lebih dari 300 orang di Gaza, menurut otoritas kesehatan Palestina, dan menghantam berbagai wilayah termasuk Gaza utara, Kota Gaza, Deir al-Balah, Khan Younis, dan Rafah.
Hamas menyatakan bahwa serangan ini membatalkan perjanjian gencatan senjata, meninggalkan nasib 59 sandera yang masih ditahan dalam ketidakpastian.
Sementara itu, Israel menegaskan operasi tersebut menargetkan infrastruktur dan pimpinan Hamas, serta akan terus berlanjut selama diperlukan.