Suara.com - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan bahwa negaranya, AS dengan Iran tengah melakukan perundingan untuk membahas kesepakatan Nuklir.
Meski sepakat membahas bersama, Trump rupanya mengancam jika Iran akan berada dalam "bahaya besar" jika perundingan itu berakhir gagal.
Dikutip dari BBC News, pernyataan Trump ini disampaikan setelah dirinya menjamu Perdana Menteri (PM) Israel, Benjain Netanyahu di Gedung Putih pada Senin (07/04/2025).
Adapun, Iran sebelumnya terus menolak ajakan Trump untuk berunding terkait kesepakatan nuklir.
Tetapi, pada Sabtu (12/04/2025) mendatang, Iran akhirnya menyetujui untuk mengadakan "pertemuan tingkat tinggi" dengan Trump di Oman, disadur Selasa (08/04/2025).
"Kami memiliki pertemuan yang sangat besar, dan kita akan melihat nanti apa yang bisa terjadi. Dan saya pikir semua orang setuju bahwa mencapai kesepakatan akan lebih baik," kata Trump saat berbicara kepada wartawan di Gedung Putih.
"Iran tidak dapat memiliki senjata nuklir, dan jika perundingan tersebut tidak berhasil, saya rasa ini akan menjadi hari yang sangat buruk bagi Iran," ancam Trump jika perundingan itu berakhir gagal.
Trump sendiri telah mengumumkan bahwa dirinya lebih memilih untuk membuat kesepakatan terkait program nuklir Iran, daripada konfrontasi militer.
Bahkan pada 7 Maret lalu, Trump telah menulis surat kepada Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei untuk menyarankan adanya perundingan.
Baca Juga: SBY Sanjung Strategi Presiden Prabowo Hadapi Tarif Trump: Tepat dan Hati-Hati!
Lantas bagaimana respons dari Iran sendiri?
Menteri luar negeri Iran, Abbas Araghchi mengonfirmasi pertemuan itu dan mengatakan pembicaraan tersebut akan bersifat "tidak langsung" tetapi bisa menjadi "sebuah kesempatan sekaligus... ujian".
"Ini merupakan kesempatan sekaligus ujian. Bola ada di tangan Amerika," tulis Abbas Araqchi di X-nya.
Dalam beberapa bulan terakhir, Trump telah berulang kali menawarkan prospek perundingan perjanjian baru dengan Iran, sambil mengancam tindakan militer jika perjanjian tidak dapat dicapai.
Israel menganggap pencegahan Iran, saingannya, untuk memperoleh senjata nuklir menjadi hal utama bagi keamanan jangka panjangnya.
Israel juga dilaporkan telah mempertimbangkan untuk menyerang fasilitas produksinya dalam beberapa bulan terakhir.
Tahun lalu, Israel mengatakan telah menyerang situs nuklir Iran sebagai balasan atas serangan rudal Iran sebelumnya terhadap Israel.
"Kami dan Amerika Serikat sama-sama bersatu dalam tujuan agar Iran tidak pernah mendapatkan senjata nuklir," ujar Netanyahu di Gedung Putih beberapa waktu lalu.
"Jika hal itu dapat dilakukan secara diplomatis sepenuhnya, seperti yang dilakukan di Libya, saya kira itu akan menjadi hal yang baik," tambahnya.
![Seyyed Abbas Araghchi. [Ist]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/04/08/90149-seyyed-abbas-araghchi-ist.jpg)
Profil Seyyed Abbas Araghchi
Seyyed Abbas Araghchi adalah seorang diplomat berpengalaman yang saat ini menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran sejak Agustus 2024.
Lahir pada tahun 1962 di Teheran dalam keluarga pedagang yang konservatif dan religius, Araghchi memiliki latar belakang pendidikan yang kuat di bidang hubungan internasional.
Pendidikan dan Karier Awal
Araghchi menyelesaikan pendidikan sarjana dan magisternya di Universitas Imam Sadiq, Teheran, sebelum melanjutkan studi doktoralnya di bidang hubungan internasional di Universitas Kent, Inggris.
Setelah kembali ke Iran, ia bergabung dengan Kementerian Luar Negeri pada tahun 1990, memulai karier diplomatiknya sebagai ahli di Departemen Urusan Internasional.
Karier Diplomatik
Sepanjang kariernya, Araghchi telah memegang berbagai posisi penting, termasuk:
- Wakil Menteri Luar Negeri untuk Urusan Hukum dan Internasional
- Juru Bicara Kementerian Luar Negeri
- Duta Besar Iran untuk Finlandia dan Jepang
Ia juga dikenal sebagai negosiator utama dalam perundingan nuklir Iran, berperan penting dalam mencapai kesepakatan nuklir pada tahun 2015.
Peran sebagai Menteri Luar Negeri
Sebagai Menteri Luar Negeri, Araghchi menekankan pentingnya kontinuitas dalam kebijakan luar negeri Iran, dengan fokus pada penguatan hubungan dengan negara-negara seperti China, Rusia, Afrika, dan Amerika Latin.
Ia juga menyatakan keterbukaan terhadap Eropa dengan syarat adanya penghormatan terhadap kepentingan nasional Iran, sementara hubungan dengan Amerika Serikat ditekankan pada manajemen konflik.
Kehidupan Pribadi
Araghchi dikenal sebagai individu yang berdedikasi tinggi terhadap tugas diplomatiknya, dengan reputasi sebagai negosiator ulung dan pembuat kebijakan yang cermat.
Kontributor : Maliana