Di akhir presentasi, dia juga menyampaikan ajakan kolaboratif dengan menawarkan tiga jalur kontribusi bagi para pelaku filantropi.
Pertama, memperkuat program yang sudah berjalan seperti layanan kesehatan dan makanan bergizi gratis. Kedua, memperkuat agenda pembangunan manusia melalui kolaborasi kebijakan, penyediaan tenaga ahli, dan inovasi teknologi. Ketiga, melakukan keduanya secara bersamaan untuk menciptakan dampak nyata dan terukur.
"Kita tidak butuh lebih banyak wacana. Kita butuh mitra yang siap terlibat, memperluas skala, dan bergerak cepat bersama," pungkasnya.
Upaya Cegah Stunting
Sementara itu, Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/BKKBN menggandeng PT Perkebunan Nusantara III (PTPN III) menjadi orang tua asuh dalam Program Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (Genting).
"Tujuan kita menggandeng korporat, termasuk PTPN, karena ini bagian dari korporasi yang punya banyak tanah dan memelihara kebun multi-rakyat, serta ada anak-anak yang perlu diasuh," ujar Mendukbangga/Kepala BKKBN Wihaji dalam keterangan resmi di Jakarta, Rabu.
Mendukbangga Wihaji menegaskan pelibatan korporasi dalam Program Genting merupakan salah satu tanggung jawab sosial bagi masyarakat sekitar yang stunting dan berpotensi stunting, utamanya di 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
"Kalau mulai hamil, kita rawat ibunya, kita kasih asupan gizi, air bersih, sanitasinya, sampai nanti menyusui dua tahun. Jika itu lolos, Insya Allah ke depan baik-baik, tetapi kalau sudah dua tahun, stunting tidak bisa disembuhkan. Sebesar 20 persen stunting bisa disembuhkan, karena itu kita lebih baik mencegah daripada mengobati," kata Mendukbangga.
Sementara itu Direktur Sumber Daya Manusia dan Umum PTPN III Sucipto Prayitno mengemukakan fokus PTPN III untuk mengentaskan stunting khusus di lingkungan kerja.
Baca Juga: Dorong Pemanfaatan Kecerdasan Buatan, Menko PMK Inisiasi Satgas Strategi Nasional AI
Menurutnya, tantangan utama pengentasan stunting yakni orang tua yang tidak paham tentang pemberian gizi yang baik pada anak.