Riwayat Hidup Siddhartha Gautama, Jejak Sang Buddha Menuju Pencerahan

Rifan Aditya Suara.Com
Kamis, 08 Mei 2025 | 20:39 WIB
Riwayat Hidup Siddhartha Gautama, Jejak Sang Buddha Menuju Pencerahan
riwayat hidup Siddhartha Gautama (freepik)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Namun, ketika Siddhartha menginjak usia 29 tahun, ia memutuskan untuk keluar dari istana dan menjelajahi dunia luar.

Dalam perjalanan tersebut, ia pertama kali melihat seorang pria tua, seorang yang sakit, sebuah mayat, dan seorang pertapa.

Melihat kenyataan tersebut, Siddhartha merasa terkejut dan menyadari bahwa dunia ini penuh dengan penderitaan yang tak terhindarkan, termasuk usia tua, penyakit, dan kematian.

Meninggalkan Kehidupan Duniawi

Setelah melihat rangkaian penderitaan tersebut, Siddhartha tergerak untuk mencari jawaban atas pertanyaan besar dalam hidupnya, yaitu tentang bagaimana cara mengatasi penderitaan yang dialami manusia.

Pada usia 29 tahun, ia meninggalkan istana, istri, dan anaknya yang masih bayi, dan memulai perjalanan spiritual untuk menemukan cara mengatasi penderitaan tersebut.

Siddhartha berguru pada berbagai guru spiritual dan berlatih dengan berbagai metode, mulai dari meditasi hingga melakukan puasa ekstrem.

Ia bahkan berlatih hidup sengsara, menahan rasa lapar dan haus, dengan harapan bisa mencapai pencerahan. Namun, setelah enam tahun, ia menyadari bahwa ekstremisme dalam bentuk penyiksaan diri bukanlah jalan untuk mencapai pencerahan sejati.

Suatu malam, Siddhartha memutuskan untuk bermeditasi dengan tekad untuk tidak bangun hingga ia menemukan jawaban yang ia cari.

Ia duduk di bawah pohon Bodhi di Bodh Gaya, India, dan bertekad untuk menemukan jalan keluar dari penderitaan. Dalam meditasi mendalamnya, ia dihadapkan pada cobaan besar berupa ancaman dari Mara, iblis jahat yang mencoba menggagalkan pencapaiannya.

Baca Juga: 50 Gambar Poster Hari Raya Waisak 2025, Desain Keren Cocok Dibagikan ke Medsos

Namun, Siddhartha berhasil mengalahkan Mara dan mencapai pencerahan sempurna. Pada saat itulah ia menjadi Buddha, "yang terbangun" atau "yang tercerahkan".

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI