Prinsip “Seribu teman terlalu sedikit, satu musuh terlalu banyak” terus digaungkan Prabowo sebagai dasar hubungan luar negeri. Dalam situasi geopolitik yang tidak menentu, hubungan antarpemimpin menjadi kunci untuk menjaga kestabilan ekonomi dan keamanan global.
Seperti kata pepatah, “friend in need is a friend indeed” — sahabat sejati adalah yang hadir saat dibutuhkan. Melalui pendekatan ini, Indonesia berharap mampu memperkuat posisi strategisnya dalam percaturan global ke depan [Antara].
![Presiden Prabowo Subianto (kanan) berjabat tangan dengan Pendiri Microsoft dan tokoh filantropi dunia Bill Gates (kiri) di ruang kredensial, Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (7/5/2025). [ANTARA FOTO/Galih Pradipta/rwa]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/05/08/76851-presiden-prabowo-subianto-kanan-berjabat-tangan-dengan-bill-gates.jpg)
Kehidupan awal dan keluarga
Ayah Prabowo, Soemitro Djojohadikusumo (1917–2001), berasal dari Gombong, Kebumen.
Ia adalah seorang ekonom yang pernah menjabat sebagai Menteri Perekonomian di bawah Presiden Sukarno dan Menteri Riset dan Teknologi di bawah Presiden Soeharto.
Soemitro menamai Prabowo berdasarkan nama adik laki-lakinya sendiri yang terbunuh dalam sebuah insiden melawan pasukan Jepang di Lengkong, Tangerang selama Revolusi Nasional Indonesia.
Ibu Prabowo, Dora Marie Sigar (1919–2008), adalah seorang Kristen Protestan keturunan Sulawesi Utara dan orang Minahasa, yang berasal dari keluarga Sigar-Maengkom di Langowan, Sulawesi Utara.
Ayahnya adalah anggota Volksraad Hindia Belanda. Mereka menikah di Matraman, Jakarta Timur.
Prabowo Subianto memiliki dua kakak perempuan, Bianti Djojohadikusumo yang lahir pada tahun 1946 dan Maryani Djojohadikusumo yang lahir pada tahun 1948.
Baca Juga: 3 Film Indonesia Terlaris saat Lebaran 2025 Segera Tayang di Netflix
Saudara laki-lakinya satu-satunya, Hashim Djojohadikusumo, lahir pada tahun 1953.