Mendagri Tito Curhat Bandingkan Kualitas Sekolah Anak di Indonesia dengan Singapura: Jakarta Mahal

Rabu, 14 Mei 2025 | 14:11 WIB
Mendagri Tito Curhat Bandingkan Kualitas Sekolah Anak di Indonesia dengan Singapura: Jakarta Mahal
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian. (Suara.com/Lilis)

Suara.com - Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian mengungkapkan pengalamannya dalam membandingkan sistem pendidikan di Jakarta dan Singapura.

Tito menyoroti perbedaan signifikan dalam kualitas dan aksesibilitas pendidikan di kedua negara itu, terutama dari sisi kebijakan anggaran dan kemudahan bagi masyarakat.

Saat menyekolahkan ketiga anaknya di Jakarta, Tito mengeluhkan mahalnya biaya sekolah swasta namun belum mencakup berbagai keperluan siswa.

"Anak saya pernah sekolah di salah satu sekolah swasta yang cukup terkenal di Jakarta. Satu anak Rp1,6 juta bayarnya, 3 (anak) Rp4,8 (juta)," kata Tito mengawali ceritanya saat hadir di Konferensi Pendidikan Indonesia di Jakarta, Rabu (14/5/2025).

Di luar uang sekolah, Tito mengaku masih harus biaya lain untuk perlengkapan belajar serta kebutuhan harian anaknya ke sekolah.

"Belum lagi harus bayar pakaian seragam, belum bayar lagi buku, kemudian dari rumah harus diantar naik mobil, beli lagi mobil. Setelah itu mobil kita harus bayar lagi sopir, bayar lagi bensin tiap pagi, saya itu berat, mahal," ujarnya.

Tito kemudian membandingkan pendidikan di Jakarta dengan Singapura. Menurutnya, sistem sekolah di Singapura bisa jadi lebih murah dan mudah.

Eks Kapolri itu menyoroti kemudahan sistem zonasi di Singapura yang memungkinkan anak-anak bersekolah di institusi yang berada dalam radius berjalan kaki dari rumah.

“Saya misalnya memasukkan anak saya sekolah cukup online, nanti diberikan tempat di dekat rumah walking distance," katanya.

Baca Juga: Pengguna QRIS Capai 56,3 Juta Merchant, Transaksi Tembus hingga 2,6 Miliar

Kebijakan zonasi yang membuat anak-anak sekolah dekat dari rumah itu puka berdampak terhadap ongkos belajar yang lebih hemat dan sehat bagi siswa.

Tito mengungkapkan kalau anak-anaknya terbiasa jalan kaki ke sekolah selama di Singapura.

"Karena dikasihnya dekat (rumah), sekolah jalan kaki gak bayar, gak perlu mobil, 5-10 menit jalan kaki, dia lebih sehat lagi," kata dia.

Menurut Tito, Singapura mampu melakukan lompatan besar dalam sektor pendidikan karena komitmen kuat dari para pemimpinnya, terutama pada masa Perdana Menteri mendiang Lee Kuan Yew.

"Saya melihat bagaimana Lee Kuan Yew mengubah Singapura, karena setelah sekolah di Singapura saya juga merasakan bagian di dalamnya. Memang dia fokus kepada pendidikan orang biasa," katanya.

Salah satu langkah strategis yang dilakukan Singapura dengan mengalokasikan 30 persen anggaran negara untuk sektor pendidikan. Anggaran tersebut digunakan untuk menyubsidi pendidikan secara besar-besaran, termasuk memperbaiki kualitas sekolah-sekolah dasar hingga menengah atas secara merata dan standar yang sama.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI