Akademisi Indonesia M Zulfikar Jadi Sasaran Interogasi di Singapura, Dituduh Pernah Dukung ISIS

Bangun Santoso Suara.Com
Kamis, 15 Mei 2025 | 20:51 WIB
Akademisi Indonesia M Zulfikar Jadi Sasaran Interogasi di Singapura, Dituduh Pernah Dukung ISIS
Dr Muhammad Zulfikar Rakhmat. (Photo: Linkedin/Zulfikar Rakhmat/via CNA)

Suara.com - Kementerian Dalam Negeri Singapura (MHA) mengonfirmasi pada Kamis 15 Mei 2025, bahwa akademisi asal Indonesia bernama Muhammad Zulfikar Rakhmat menjalani "wawancara dan pemeriksaan saat kedatangan" di Bandara Changi pada dua kesempatan terpisah di tahun 2023.

Sosok Zulfikar Rakhmat disebut menarik perhatian keamanan Singapura. Bukan tanpa alasan, Zulfikar dituding pernah membuat unggahan terkait ISIS.

Melansir laman CNA, Kamis, Muhammad Zulfikar Rakhmat disebut pernah membuat unggahan daring yang mendukung aksi-aksi Islamic State (ISIS), kata MHA menanggapi pertanyaan dari CNA.

Pada kedua kesempatan itu, dia kemudian diizinkan masuk untuk melanjutkan penerbangan keesokan harinya.

"Kami tidak akan ragu untuk mengambil tindakan, termasuk menghentikan di pos pemeriksaan kami untuk pemeriksaan dan wawancara, atau bahkan menolak masuk ke Singapura, terhadap orang asing yang kami nilai dapat menjadi ancaman keamanan bagi negara dan masyarakat kami," kata MHA.

"Masuk ke Singapura adalah hak istimewa, bukan hak mutlak, dan orang asing tidak boleh berharap untuk secara otomatis diizinkan masuk, apalagi tanpa pemeriksaan yang kami anggap perlu," katanya.

Dua Insiden Terkait

Masih menurut CNA, dalam sebuah artikel yang diterbitkan di situs Middle East Monitor—yang menyebut diri sebagai "lembaga penelitian media independen"—Dr. Zulfikar menceritakan pengalamannya "ditahan dan diinterogasi di Bandara Changi" dua kali pada 2023 karena "pekerjaannya sebagai akademisi dan jurnalis yang menulis tentang isu Timur Tengah, terutama Palestina".

Insiden pertama terjadi pada Februari 2023 saat dia transit di Singapura bersama istrinya dalam perjalanan dari Korea Selatan ke Indonesia.

Baca Juga: Setelah Bertempur Lawan ISIS, Kapal Induk AS Malah Tabrakan dengan Kapal Dagang di Mesir

Dia mengaku dihentikan di imigrasi dan dibawa ke sebuah ruangan tempat dia ditanya tentang latar belakangnya, riwayat perjalanan di Timur Tengah, serta pekerjaan akademik dan jurnalistiknya. Dia juga mengklaim bahwa ponselnya disita dan diperiksa.

Dia menambahkan bahwa insiden serupa terjadi pada September 2023 saat dia transit di Singapura dalam penerbangan dari Korea Selatan ke Indonesia.

Menurut situs Middle East Monitor, Dr. Zulfikar adalah Direktur Indonesia-Timur Tengah dan Afrika Utara di Centre for Economic and Law Studies (CELIOS) di Jakarta, serta afiliasi peneliti di Middle East Institute National University of Singapore (NUS).

Di situs NUS Middle East Institute, dia disebut tercatat sebagai peneliti kehormatan dan disebut sebagai profesor riset di Busan University of Foreign Studies.

Menurut situs tersebut, dia memiliki beberapa publikasi, dan opininya pernah dimuat di The Diplomat, Asia Sentinel, dan The Conversation.

Diketahui, Dr. Muhammad Zulfikar Rakhmat sebelumnya pernah duduk sebagai Direktur Indonesia-MENA Desk di Center for Economic and Law Studies (CELIOS) di Jakarta dan Research Affiliate di Middle East Institute, National University of Singapore.

Dia disebut menghabiskan lebih dari satu dekade tinggal dan bepergian melintasi Timur Tengah, mendapatkan gelar B.A. dalam Urusan Internasional dari Universitas Qatar.

Dia kemudian menyelesaikan gelar M.A. dalam Politik Internasional dan Ph.D. dalam Politik di Universitas Manchester.

Sementara dinukil dari laman Middle East Institute, Muhammad Zulfikar Rakhmat adalah akademisi asal Indonesia yang penelitiannya berfokus pada hubungan Tiongkok-Indonesia-Timur Tengah. Beliau adalah profesor riset di Korea Institute for ASEAN Studies, Busan University of Foreign Studies dan asisten profesor di Departemen Hubungan Internasional, Universitas Islam Indonesia.

Ia juga merupakan afiliasi penelitian di Middle East Institute di National University of Singapore dan peneliti di Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) yang berbasis di Jakarta. Sejak Agustus 2022, ia menjabat sebagai associate di IDEAS, lembaga pemikir kebijakan luar negeri London School of Economics. Selain itu, beliau juga pernah menjabat sebagai profesor tamu di Universitas Bina Nusantara dan Universitas Paramadina. Dia menerima gelar B.A. dalam Hubungan Internasional dari Universitas Qatar, sebelum menyelesaikan gelar M.A. dalam Politik Internasional dan Ph.D dalam Politik di Universitas Manchester di Inggris.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI