Pernyataan ini langsung memantik reaksi keras dari publik, terutama warganet yang menilai Presiden terlalu meremehkan kasus serius tersebut.
Pemberitaan dari media Jepang ini langsung menuai reaksi keras dari publik, termasuk dari warganet di media sosial.
Akun @angg**** menulis, “@prabowo yok pak jangan tone deaf, malu ah presiden tone deaf juga kaya pejabatanya. atau... pejabatnya tone deaf ngikutin presidennya?”
Sementara akun @hir**** berkomentar, “Padahal baru beberapa bulan plus belum rata yaa programnya, tujuannya udah geser, dari yang mau nurunin angka stunting, malah yang penting nggak keracunan.”
Kritik lainnya datang dari akun @pra**** yang mempertanyakan pertanggungjawaban, “Emang udah lebih dari 1.000 anak yang keracunan ya? Kok gak ada pejabat yang ngundurin diri ya?.”
Sedangkan akun @dwi**** menyentil persoalan kebersihan dan kebiasaan makan dengan sindiran, “Turut bangga sebagai warga negara, berita orang makan diduga karena tidak menggunakan sendok mengkibatkan keracunan ini mengasia.”
Di tengah sorotan internasional ini, pemerintah Jepang pun dikabarkan siap memberikan bantuan lebih lanjut untuk mengatasi masalah tersebut. Namun media Jepang juga menegaskan bahwa karena MBG merupakan kebijakan yang mendapat dukungan lokal sangat kuat, tindakan korektif dari pemerintah Indonesia harus segera dilakukan.
Masuknya pemberitaan MBG ke media luar negeri seperti Asahi Shimbun seharusnya menjadi alarm keras bagi pemerintah untuk tidak hanya fokus pada pencitraan, tetapi juga pada perbaikan menyeluruh sistem pelaksanaannya.
Jangan sampai program yang diniatkan menyehatkan malah menjadi momok menakutkan bagi siswa dan orang tua.
Baca Juga: Prioritaskan Pendidikan, Pemerintah Revitalisasi 11 Ribu Sekolah pada 2025