Suara.com - Program andalan Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, yaitu Makan Bergizi Gratis (MBG), tengah menjadi sorotan bukan hanya di dalam negeri, tetapi juga sampai ke mancanegara.
Unggahan dari akun X @piyusaja2 menyebutkan bahwa program MBG masuk dalam pemberitaan salah satu media paling terkemuka di Jepang, Asahi Shimbun.
Namun alih-alih menjadi berita membanggakan, pemberitaan tersebut justru menyoroti sisi kelam dari implementasi program tersebut, kasus keracunan makanan yang sudah menimpa lebih dari 1.000 siswa di Indonesia.
"KEREN! Program Kesayangan @Prabowo MBG masuk berita koran ternama Jepang Asahi Shimbun," sambil menyebut bahwa Asahi Shimbun dikenal luas sebagai surat kabar harian yang paling dihormati di Jepang karena integritas jurnalismenya.
Judul artikel yang tayang pada 15 Mei 2025 itu jika diterjemahkan berbunyi, “Lebih dari 1.000 orang menderita mual dan keracunan makanan setelah makan siang gratis di sekolah; Kebijakan kesayangan presiden menimbulkan dampak.”
Isi artikel tersebut cukup gamblang. Diberitakan bahwa sejak peluncuran MBG pada Januari 2025, lebih dari 1000 anak telah mengalami gejala keracunan makanan, mulai dari mual, diare, hingga harus dirawat di rumah sakit.
Kasus ini pertama kali mencuat pada pertengahan Januari, hanya sepekan setelah MBG dijalankan. Laporan keracunan terus bertambah hingga akhir April, dan sejak Mei, sekitar 100 orang per hari mengalami gejala serupa di wilayah Bogor, dekat Jakarta.
Pemeriksaan terhadap bahan makanan mengungkap adanya kontaminasi bakteri Salmonella dan patogen lain, terutama pada air, telur, dan sayuran. Tak hanya itu, kekhawatiran dari orang tua pun kian besar.
Salah satu kutipan yang mencolok dalam artikel berbunyi, “Jantungku berdetak kencang setiap kali aku mengantarkan bekal makan siang ke sekolah.” Kalimat ini menggambarkan ketakutan dan kecemasan yang kini menyelimuti para orang tua siswa.
Baca Juga: Prioritaskan Pendidikan, Pemerintah Revitalisasi 11 Ribu Sekolah pada 2025
Namun yang paling mengundang kritik adalah pernyataan dari Presiden Prabowo sendiri yang dikutip mengatakan bahwa, “hanya 0,005% orang yang mengeluhkan masalah, jadi tingkat keberhasilannya adalah 99,99%.”