Tuntut Penyelesaian Tragedi 1998, 93 Mahasiswa Trisakti Digelandang ke Polda Metro Jaya

Kamis, 22 Mei 2025 | 12:37 WIB
Tuntut Penyelesaian Tragedi 1998, 93 Mahasiswa Trisakti Digelandang ke Polda Metro Jaya
Puluhan mahasiswa trisakti diamankan buntut menggelar demonstrasi di depan Gedung Balai Kota Jakarta. (Suara.com/Fakhri Fuadi).

Suara.com - Polda Metro Jaya menangkap 93 mahasiswa Universitas Trisakti saat menggelar aksi di depan Balai Kota Jakarta pada Rabu (21/5/2025).

Puluhan mahasiswa ini digelandang ke gedung Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Metro Jaya pada Rabu malam.

Kasatreskrim Polres Metro Jakarta Pusat AKBP M Firdaus mengatakan, para mahasiswa ini ditangkap lantaran terlibat bentrok dengan aparat kepolisian akibat ingin menerobos masuk ke area Balai Kota DKI Jakarta.

"93 orang massa aksi dan 43 unit sepeda motor yang diamankan dan di bawa ke Polda," kata Firdaus saat dikonfirmasi, Kamis (22/5/2025).

Puluhan orang ini ditangkap, lantaran melakukan penganiayaan terhadap anggota polisi. Total sebanyak 7 anggota polisi mengalami luka.

"7 polisi terluka, dikeroyok saat ini dibawa ke polda untuk divisum," kata Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Pol Susatyo Purnomo Condro.

Bentrokan ini bermula ketika mahasiswa mencoba menerobos pintu masuk ke area Balai Kota melalui pintu keluar.

Sesampainya di Balai Kota, aksi itu gagal lantaran pintu telah ditutup rapat oleh petugas.

Meski demikian, dua mahasiswa mencoba menerobos melalui gerbang masuk Balai Kota yang terbuka dengan sepeda motor.

Baca Juga: Rayen Pono Vs Ahmad Dhani Memanas! Laporan Dilimpahkan, Saksi Kunci Ungkap Fakta Mengejutkan

Hal ini kemudian yang memancing keributan, hingga membuat bentrokan tak terhindarkan.

Adapun, para mahasiswa Trisakti melakukan aksi guna menuntut penyelesaian dan pengungkapan kasus Tragedi Trisakti 12 Mei 1998.

Bentrokan Pecah

Sebelumnya Kapolres Metro Jakarta Pusat, Kombes Pol Susatyo Purnomo Condro, menyebut bahwa demonstrasi berkaitan dengan isu Hak Asasi Manusia (HAM).

Peristiwa bentrokan pecah ketika terjadi ketegangan antar mahasiswa dengan aparat kepolisian.

Sejumlah demonstran memukul tameng pembatas milik kepolisian hingga situasi memanas.

“Tidak seperti ini kalian melakukan aksi, bukan seperti ini membela HAM,” tegas Kombes Susatyo saat mencoba berdialog dengan koordinator aksi di depan Balai Kota.

Sivitas akademika Universitas Trisakti membacakan maklumat saat acara Trisakti Bergerak di Tugu Reformasi 12 Mei, Jakarta, Jumat (9/2/2024). [Suara.com/Alfian Winanto]
Sivitas akademika Universitas Trisakti membacakan maklumat saat acara Trisakti Bergerak di Tugu Reformasi 12 Mei, Jakarta, Jumat (9/2/2024). [Suara.com/Alfian Winanto]

Upaya komunikasi itu tak berlangsung mulus. Susatyo menyatakan bahwa tindakan para mahasiswa sudah melampaui batas karena melakukan kekerasan terhadap aparat yang berjaga.

“Ini sudah anarkis, kalian sudah melakukan pemukulan terhadap anggota saya, ini sudah tindak pidana,” pekik Kapolres Jakpus.

Koordinator aksi dari atas mobil komando sempat berusaha menjelaskan maksud mereka, namun percakapan dua arah itu berlangsung tegang dan tanpa hasil.

“Pak, dengar dulu, pak, pak, pak,” ujar salah satu mahasiswa dengan nada memohon kepada aparat kepolisian.

Menanggapi sikap dari perwakilan pendemo, Kombes Susatyo tetap bersikeras agar aksi dihentikan karena dianggap telah mengganggu ketertiban umum, termasuk arus lalu lintas di sekitar Balai Kota Jakarta.

Kapolres Susatyo menegaskan bahwa pihaknya tak anti-demonstrasi, namun tetap harus ada aturan yang dipatuhi.

Karena situasi makin tak terkendali, Susatyo memerintahkan anak buahnya untuk mengevakuasi para mahasiswa ke mobil tahanan.

“Jangan melawan, ayo masuk ke mobil tahanan satu per satu, ayo masuk. Bawa mereka, jangan melawan,” pekik Kombes Susatyo dengan suara tegas.

Para mahasiswa menolak diamankan. Mereka saling merapat dan membentuk barikade, bahkan sejumlah mahasiswa perempuan menaiki mobil komando untuk menghalangi petugas.

Bentrok pun tak terhindarkan. Polisi menarik satu per satu mahasiswa secara paksa, termasuk mereka yang diduga menjadi provokator.

Beberapa mahasiswa berteriak histeris dan berusaha menyelamatkan rekan-rekan mereka yang telah ditangkap oleh aparat kepolisian.

Ketegangan dalam demonstrasi itu makin meningkat. Adu fisik antara mahasiswa dan aparat kepolisian terjadi di tengah upaya penertiban.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI