Terungkap! Polisi di Jambi Dibunuh Gegara Utang Ratusan Ribu, Pelaku Anggota Ormas

Tasmalinda Suara.Com
Minggu, 25 Mei 2025 | 13:58 WIB
Terungkap! Polisi di Jambi Dibunuh Gegara Utang Ratusan Ribu, Pelaku Anggota Ormas
polisi di Jambi tewas dibunuh gara utang ratusan ribu
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Misteri kematian tragis anggota Polres Muaro Jambi, Aipda Hendra, akhirnya mulai terkuak.

Pria yang dikenal sebagai sosok ramah dan berdedikasi itu ditemukan dalam kondisi tak bernyawa di rumahnya di RT 26, Kelurahan Pematang Sulur, Kecamatan Telanaipura, Kota Jambi, pada Selasa pagi, 20 Mei 2025.

Temuan menggegerkan ini bermula dari seorang kurir paket yang hendak mengantarkan barang ke rumah korban.

Setelah berulang kali memanggil tanpa respon, sang kurir curiga dan menghubungi warga sekitar, hingga akhirnya pintu rumah dibuka secara paksa.

Apa yang mereka temukan di dalam rumah membuat siapa pun yang melihatnya tercekat.

Aipda Hendra, 42 tahun, ditemukan dalam posisi tak wajar, dan tubuhnya menunjukkan tanda-tanda kekerasan.

Sejak itu, aparat kepolisian dari Polresta Jambi langsung bergerak cepat melakukan penyelidikan dan olah tempat kejadian perkara. Identitas pelaku masih misterius hingga akhirnya, hampir lima hari setelah kejadian, pelaku berhasil ditangkap.

Pelaku berinisial N, yang belakangan diketahui merupakan anggota salah satu organisasi kemasyarakatan (ormas) di Jambi, ditangkap tanpa perlawanan.

Fakta mengejutkan terungkap dari hasil penyidikan. Menurut keterangan Kasat Reskrim Polresta Jambi, Kompol Hendra Manurung, N merupakan orang terakhir yang menemui Aipda Hendra dua hari sebelum korban ditemukan tewas.

Baca Juga: Ayam Bakar sampai Bebek Goreng, Nikmatnya Menu Wong Solo Bikin Ketagihan

Motif di balik pembunuhan ini pun sungguh ironis dan memilukan.

"Benar, pelaku sudah kami tangkap dan tetapkan sebagai tersangka. Dari hasil rekonstruksi dan pengakuan, pelaku membunuh korban karena kesal terus ditagih utang sebesar Rp150 ribu," ungkap Kompol Hendra, Sabtu (24/5/2025) saat konfrensi pers.

Jumlah utang yang terbilang kecil itu ternyata memicu emosi tersangka.

Alih-alih menyelesaikan secara baik-baik, tersangka N justru marah besar saat kembali ditagih oleh korban. Amarah yang meledak itu kemudian berubah menjadi tindakan kekerasan mematikan.

Hingga kini, pihak kepolisian masih mendalami lebih lanjut kronologi pasti penganiayaan yang dilakukan N terhadap korban. Namun, tersangka sudah mengakui perbuatannya.

“Intinya, pelaku mengaku telah menganiaya korban hingga meninggal dunia. Dia kesal ditagih terus-terusan,” jelas Kompol Hendra.

Peristiwa ini menyisakan luka mendalam bagi keluarga dan rekan-rekan kerja korban di kepolisian.

Banyak yang tak menyangka bahwa nyawa seorang aparat penegak hukum bisa melayang hanya karena perkara sepele.

Tragedi ini juga menjadi pengingat betapa mudahnya konflik sosial berubah menjadi kekerasan bila tidak dikendalikan dengan bijak.

Pihak Polresta Jambi memastikan bahwa proses hukum terhadap pelaku akan berjalan tegas tanpa pandang bulu.

Sosok yang ditemukan dalam kondisi mengenaskan itu adalah Aipda Hendra, anggota aktif di Polres Muaro Jambi.

Kematian Aipda Hendra sebelumnya menimbulkan tanda tanya besar.

Ia ditemukan tak bernyawa di ruang tamu rumahnya oleh seorang kurir paket yang sedang mengantar barang. Sekitar pukul 13.00 WIB, sang kurir mencium bau busuk yang menyengat dari dalam rumah dan memutuskan untuk mengecek melalui jendela.

“Awalnya saya kira rumah kosong, tapi baunya sangat menyengat. Saat saya mengintip dari jendela, saya lihat ada tubuh tergeletak,” ujar kurir tersebut, yang enggan disebutkan namanya.

ilustrasi polisi di Jambi dibunuh gegera utang
ilustrasi polisi di Jambi dibunuh gegera utang

Warga Tak Berani Masuk Rumah

Setelah melihat tubuh korban, kurir itu langsung melapor ke ketua RT setempat. Ketua RT bersama sejumlah warga kemudian mendatangi rumah tersebut.

Namun, mereka memilih tidak masuk ke dalam karena khawatir mengganggu proses hukum.

"Kami hanya melihat dari pagar. Tak ada yang berani masuk sebelum pihak kepolisian datang," ujar Ketua RT 08, Supriyanto.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI